Menurut Untung, tembakan tersebut ke dada diambil karena dia melihat pelaku tersebut membawa ransel besar berisi bom di punggungnya.
"Ada bom yang lebih besar di punggungnya. Berat sekali dia jalan. Nah ini bahaya, saya akhirnya mengambil tindakan penyelesaian di tempat. Jika bom itu meledak bisa dua kilometer lebih. Anda lihat bom yang kecil saja paku terbang sampai ke lantai dua," ungkap Untung.
Untung sendiri menghabiskan tiga magazen dari lima magazen yang dibawanya.
Ipda Tamat sendiri mengatakan tindakan yang mereka ambil tidak menyalahi SOP.
Pasalnya, kata Tamat, saat itu ada sipil bersenjata dan menembak ke segara penjuru.
"Situasi yang mengharusnya saya seperti itu. Saat itu ada sipil bersenjata menembak ke kerumunan massa menimbulkan korban. Menembak ke segala penjuru. Masa berhambutan ke segala arah. Pelaku lari ke halaman Starbucks menyusul rekannya dan berlindung dibalik mobil putih dengan membawa ransel diduga bom," kata dia.