"Saya berjanji saya akan sampaikan pesan ini kepada Jaksa Agung," tuturnya.
Rusli Tinggalkan Usahanya Demi Cari Keadilan di Jakarta
Satu dari empat orang yang mengklaim korban penganiayaan polisi pimpinan Novel Baswedan 2004 silam, Rusli Aliansyah mengaku dirinya nekad datang ke Jakarta dengan meninggalkan usahanya di Riau, Sumatera, demi menuntut keadilan.
Selama ini ia membuka warung makan di Riau untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
"Saya membuka warung makan dan saya tinggalkan demi ke Jakarta," tuturnya di Kejagung (16/2/2016).
Rusli yang datang ke Kejagung mengenakan kemeja bergaris biru mengatakan, tidak ada yang membayar dirinya ke Jakarta. Ia selama ini bertahan hidup dengan berganti-ganti pekerjaan.
Dua hari setalah bebas dari penjara, pria kelahiran Medan, Sumatera Utara tersebut pindah ke Riau. Ia pernah menjadi kuli bangunan, buruh perkebunan, hingga akhirnya membuka warung makan. Ia mengaku kapok mencuri, setelah kakinya ditembak oleh polisi.
"Saya tujuh bulan dipenjara, setelah itu saya ke Riau mencari pekerjaan," paparnya.
Rusli pun menceritakan detik-detik penganiayaan yang dilakukan Reserse Polresta pimpian Novel kepada dirinya kala itu.
Menurutnya usai terpergok mencuri, ia kemudian di bawa ke Mapolres. Di sana, ia dipukuli, distrum, hingga ditelanjangi. Tidak berhenti disitu menurutnya, ia di bawa ke pantai panjang menggunakan mobil pikap.
Di pantai Ia bersama kelima temannya dijejerkan dan diinterogasi oleh polisi.
"Dipantai saya berjejer enam orang, dua orang satu borgol kemudian ditanya tanya. Saya kaget dan takut, karena kaki saya ditempeli pistol," paparnya.
Menurut Rusli saat sedang diinterogasi tersebut ia yang berada ujung kanan, mendengar suara tembakan dari arah kiri. Berselang lima menit kemudian kaki ditembak.
Kepada Tribunnews, Rusli pun memperlihatkan luka tembak di kaki kirinya yang bebekas persis di bawah lutut.