"Kondisi ini memicu perang untuk mengambil alih energi negara-negara yang berada di garis ekuator, salah satunya Indonesia," ujarnya.
Sekarang yang terjadi adalah perang masa kini dengan latar belakang energi akan mengalami pergeseran menjadi perang pangan, air, dan energi.
"Dimana awalnya terjadi di wilayah Timur Tengah, maka secara otomatis akan bergeser menuju ke Indonesia, Afrika Tengah, dan Amerika Latin," kata Gatot.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga mengatakan bahwa, dunia akan kehabisan energi.
"Saya pastikan nanti anak cucu Indonesia ke depannya yang akan menghadapi kondisi seperti itu," katanya.
Menurut Panglima TNI, banyak cara dilakukan negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia.
Saat ini sudah terasa yakni adanya proxy war dan sudah mulai kita waspadai, karena sudah menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Caranya dengan menguasai media di Indonesia, menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pecah belah partai, dan penyelundupan narkoba sudah jauh-jauh hari dilakukan.
"Lepasnya Timor Timur adalah salah satu contoh dampak Proxy War, karena di celah Timor ada kandungan minyak luar biasa yang bernama Greater Sunrise," ujarnya.
Karena itu, Panglima TNI menyampaikan bahwasanya modal Indonesia dalam menghadapi semua masalah ini, adalah geografi dan demografi Indonesia.
Modal geografi yaitu darat yang merupakan negara agraris, sedangkan laut adalah negara maritim dan semua itu harus melibatkan rakyat dan untuk rakyat.
Sedangkan modal demografi adalah Indonesia mempunyai kearifan lokal.
"Pemuda harus mempunyai mimpi yang harus diraih dan di tempuh dengan berdoa, fokus, optimis, action, fleksibel, buat great networking/jaringan, keep learning/belajar dan tentunya semua dilakukan dengan hati yang yang tulus," kata Gatot.
Diakhir acara, Rektor Universitas Tanjungpura memberikan penghargaan Untan Royale Award kepada Panglima TNI sebagai seorang putera terbaik bangsa.