Jangan sampai dalam mengarungi arus modernisasi dan derap perubahan sosial yang cepat, kedamaian yang sudah berlangsung lama itu terganggu dengan munculnya konflik-konflik sosial, radikalisme, atau terorisme dengan semangat buta pembelaan etnik dan agama sehingga integritas keindonesiaan dan kerukunan, terutama kerukunan umat beragama yang pernah dibanggakan bahkan diakui oleh bangsa lain, menjadi luntur.
Kebinekaan merupakan kekayaan. Keberadaan dan perbedaan agama jelas sebagai rahmat yang harus disyukuri.
Agama datang untuk kehidupan, demi membangun kehidupan yang tenang, aman, dan damai. Namun, jika kehidupan ini dijadikan sebagai industri kekerasan, tentu hidup manusia tidak akan aman.
Karena itu, perlu dikembalikan menjadi industri kecintaan yang diharapkan tercipta suatu kedamaian.
Ada dua pilihan hidup di dunia ini. Untuk menjadikan rahmat atau dihancurkan oleh globalisme. Supaya kita menjadi rahmat, kita harus saling mengakui pluralitas.
Di antara tanda-tanda kebesaran Tuhan, penciptaan dunia ini dan perbedaan lidah dan bahasa kita, kita harus mengembalikan integrasi dan kerja sama sesama kita.
Bumi ini diciptakan untukĀ kita semua. Semua berhak hidup di bumi ini. Kita harus berpacu untuk memuliakan manusia demi keberlangsungan hidup mereka.
Justru yang harus kita lawan adalah kezaliman dan kekerasan karena hanya akan melawan kefitrian.
Nah, momentum Idul Fitri kali ini dapat dijadikan sebagai peneguhan kembali dari kita semua demi membangun hidup yang harmonis dan penuh tenggang rasa dalam berbangsa dan bernegara.(Sumber : Harian Kompas)