TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA - Koordinasi antar negara adalah kunci untuk mencegah aksi Foreign Terrorist Fighter (FTF).
Hal itu ditegaskan oleh Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT Irjen Pol. Dr. Petrus R Golose saat menutup Diskusi Fenomena FTF Negara-negara ASEAN di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/8/2016).
"Teroris merupakan ancaman nyata bagi semua bangsa termasuk di kawasan ASEAN dan pola mereka sangat massif sehingga dibutuhkan koordinasi yang intensif dalam menanggulangi eskalasi mereka ke negara negara ASEAN," kata Irjen Petrus Golose.
Diskusi yang dibuka oleh Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH dan dipandu oleh Irjen Petrus Golose diikuti oleh Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Singapura, Indonesia dan China.
Irjen Petrus Golose juga menekankan bahwa dalam menghadapi FTF tidak mungkin secara sendiri tapi menuntut koordinasi dengan semua pihak termasuk negara negara sahabat mengingat pola yang dilakukan sudah lintas batas.
Menurutnya, di Indonesia, BNPT bertindak sebagai leading sector dan koordinator dalam menanggulangi terorisme dengan melibatkan semua stake holder seperti polisi, TNI, ulama, jaksa, dan akademisi.
Selain itu BNPT juga secara massif melakukan kontra propaganda terhadap radikalisasi yang dilakukan oleh kelompok kelompok esktrim di Indonesia.
"Kami berharap agar hasil yang dicapai dalam diskusi ini tidak saja sebatas wacana tetapi direalisasikan di lapangan sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh semua masyarakat. Tidak hanya masyarakat Indonesia, tapi juga masyarakat internasional," papar Irjen Pol. Dr. Petrus R Golose.