News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tiga Tokoh Anti Kekerasan Perempuan dan Anak Bercerita Perjuangannya di Seminar 3Ends

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seminar program 3Ends di Ballroom Hotel Savoy Homann, Bandung, Sabtu (19/11/2016).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM - Tiga tokoh inspiratif bercerita mengenai pengalamannya dalam memperjuangkan hak-hak anak dan perempuan dalam seminar program 3Ends di Ballroom Hotel Savoy Homann, Bandung, Sabtu (19/11/2016).

Program 3Ends merupakan program unggulan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Setelah sukses di Jailolo dan Belitung, kini Bandung mendapatkan kehormatan melaksanakan program ini.

Tiga aspek yang diperjuangkan oleh program 3Ends diantaranya adalah mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, mengakhiri perdagangan orang dan mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi untuk perempuan.

Tiga tokoh inspiratif tersebut diantaranya Pembina Kader Pusat Layanan Informasi Perlindungan Perempuan dan Anak (PLI-PPA), Atalia Ridwan Kamil, Kepala Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak RS Sunan Gunung Jati, drg. Heru Purwanto, dan korban trafficking, Mimih Handayani.

Pemaparan pertama diberikan oleh Atalia yang merupakan istri Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Atalia bercerita perjuangannya mewujudkan Bandung menjadi kota ramah anak dan perempuan.

Menurut Atalia selama ini kekerasan terhadap perempuan dan anak pada masyarakat dengan ekonomi rendah. Hal ini terjadi karena masyarakat dengan ekonomi rendah tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kekerasan yang terjadi kepada mereka.

"Selama ini saya banyak dapat curhatan tampaknya mereka tidak punya keberanian menyampaikan permasalahan hidup," ujar Atalia.

Untuk mengatasi hal tersebut PLI-PPA membuka hotline bagi korban kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Yang kami butuhkan informasi jadi kami tiap Senin berkeliling ke sekolah menjadi pembina upacara," ujar Atalia.

Menurut Atalia, selain pengumpulan informasi, hal ini juga dilakukan agar anak-anak merasa terlindungi.


Seminar program 3Ends di Ballroom Hotel Savoy Homann, Bandung, Sabtu (19/11/2016).

Atalia bersama lembaganya juga memiliki satgas PKDRT. Berkat kegigihannya kekerasan di Kota Bandung terus menurun dalam tiga tahun terakhir.

Setelah pemaparan dari Atalia, seminar dilanjutkan oleh Mimih Handayani yang pernah menjadi korban trafficking atau perdagangan orang.

Kisah ini bermula ketika Mimih hendak menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi. Berniat mencari nafkah untuk biaya pernikahan anaknya, namun nasib berkata lain untuk Mimih.

Dirinya malah terjerumus ke dalam sindikat perdagangan orang yang berpusat di Pontianak. Selama satu bulan Mimih disekap di kota tersebut.

"Saya tidak dikasih makan, sebulan kami cuma dikasih satu karung beras. Padahal kami semua 60 orang," ungkap Mimih.

Mimih ternyata disekap untuk dijual di Kuching, Malaysia. Sindikat ini berencana untuk menjual para korban ke tempat prostitusi di negeri Jiran.

Akhirnya Mimih memberanikan diri untuk kabur dari lokasi penyekapan. Berbekal kain yang diubah tali Mimih dapat keluar dari tempat tersebut.

Kini Mimih dapat hidup bahagia dengan empat orang anaknya. Berkat bantuan pemerintah, dirinya mampu menjadi pengusaha laundry di sekitar rumahnya.

Pemaparan ketiga dilanjutkan oleh Kepala Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak RS Sunan Gunung Jati, Drg Heru Purwanto yang mampu memberikan pelayanan terbaik bagi para korban kekerasan.

Demi menjangkau masyarakat pelayanan yang diberikan Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak RS Sunan Gunung Jati gratis alias tanpa bayaran apapun.

"Hal ini dilakukan karena banyak yang mengeluh karena banyak korban yang mengeluarkan biaya," ujar Heru.

Lembaga ini juga tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan bagi para korban kekerasan perempuan dan anak tapi juga bantuan hukum.

Sehingga para korban mendapatkan bantuan hukum mulai dari kepolisian, advokasi, hingga tingkat pengadilan.

Dalam kesempatan tersebut, ia mengungkapkan fakta bahwa kekerasan juga dilakukan oleh anak di bawah umur.

Untuk menanggulangi hal tersebut Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak RS Sunan Gunung Jati juga memberikan pendampingan kepada para pelaku.

Berkat kegigihannya, lembaga yang dikepalai oleh Heru ini menjadi percontohan bagi rumah sakit yang lain untuk memberi pelayanan serupa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini