TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasca beredarnya viral di media sosial yang memuat foto pernikahan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin pada 2014 silam, menimbulkan beragam komentar dari sejumlah kalangan.
Pasalnya viral tersebut beredar melalui akun twitter milik pengamat politik Boni Hargens.
“Saya mengakui kesalahan saya tidak berhati-hati saat mendapat kiriman foto tersebut, dan saya sama sekali tidak merubah apapun ataupun mengedit content yang didapat dari group WA,” jelas Boni Hargens saat dihubungi awak media di Jakarta, Kamis (24/11/2016) .
Baca: Wakil Ketua MUI Jelaskan soal Foto Pernikahan Maruf Amin
Lebih lanjut, Boni menjelaskan dirinya tidak ada sedikitpun berniat untuk men-share foto pernikahan Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin ke media sosial.
Dirinya mendapat gambar tersebut dari rekan Beathor Suryadi, di grup Whatsapp.
Kata dia, Beathor sendiri menshare gambar itu dari akun facebook Yongky Hendrawan II.
Baik Boni maupun Beathor sendiri sama sekali tidak merubah content gambar tersebut.
Karena itulah ada kemungkinan pengedit gambarnya adalah akun facebook Yongky Hendrawan II tersebut.
Menurut Boni, saat itu dirinya yang sedang melaksanakan tugas ke luar negeri, kurang teliti menerima gambar pernikahan Ma’ruf Amin, spontan Boni mengucapkan selamat melalui akun twitternya.
Sayangnya telephone selular Boni mengalami gangguan sinyal.
”Kejadiannya hanya beberapa detik, pada saat itu saya sedang berada di sebuah kawasan yang tidak ada jaringan internetnya. Begitu kembali di hotel dan ada jaringan internet wifi, semua pesan masuk ke gadget dan saya berusaha menghapusnya,” jelas Boni.
Namun sayang, viral tersebut telah beredar luas di dunia maya dan sudah menganggap bahwa Boni sengaja menshare viral yang dinilai mencampuri urusan privasi orang lain khususnya pribadi Ketua MUI KH. Maruf Amin.
Boni baru menyadari jika tindakannya salah, setelah ditelepon dari rekannya Ketua Gp Ansor, Yaqut Cholil.
Diingatkan demikian, Boni langsung menghapus postingan foto pernikahan KH. Ma' ruf Amin di twitter-nya.
“Intinya untuk berpikir saja saya tidak bisa, apalagi berbuat untuk menghina para ulama Islam. Tolong jangan dipelintir dan dipolitisasi untuk kepentingan pihak tertentu,” tegas Boni.
"Hingga saat ini saya terus berusaha untuk menghubungi KH. Maruf Amin menyampaikan permohonan maaf dan meminta waktu untuk bertemu secara langsung, namun belum mendapat jawaban," Boni menambahkan.