Seperti yang disampaikan Kabag Mitra Ropenmas Humas Mabes Polri, Kombes Awi Setiyono, perekrutan wanita sebagai ‘pengantin’ bom bunuh diri ini menjadi pertama kali di Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa perekrutan perempuan semakin mudah jika calon sudah terdoktrin dan memiliki ideologi sama dengan jaringan teroris.
”Memang selama ini perekrutan ini melalui yang seiman, satu pandangan terkait ideologi, hingga kajian agama. Bahkan mereka tidak segan melakukan pernikahan," kata perwira dengan tiga melati di pundaknya.
Memutus rantai
Indonesia Police Watch (IPW) meminta Polri mencermati munculnya 'pengantin' wanita dalam penangkapan teroris di Bintara, Bekasi, Sabtu (10/12/2016).
Ketua Presidium IPW Neta S Pane melihat 'pengantin' wanita menjadi ancaman baru bagi Polri dalam pemberantasan terorisme di tanah air.
"Ini perlu dicermati Polri karena ini sebuah ancaman baru," kata Neta kepada Tribunnews.com.
Untuk itu Neta mendorong agar Polri perlu memutus mata rantai pembinaan "pengantin" wanita yang dilakukan kelompok-kelompok teroris agar serangan teror baru yang lebih nekat tidak terjadi.
"Polri perlu memutus mata rantai pembinaan pengantin wanita," kata Neta.
Sementara itu, Ali Fauzi, pengamat teroris, yang sekaligus adik kandung Amrozi, pelaku bom bali satu, berkeyakinan masih banyak perempuan lain yang telah disiapkan untuk menjadi pengantin bom bunuh diri.
"Fenomena ini merupakan dampak krisis global dari aksi-aksi teror level dunia yang banyak melibatkan perempuan, seperti di Syiria, Irak, Afghanistan dan Yaman," katanya di Lamongan, Jawa Timur, Senin (12/12/2016).