Solusi lain melawan hoax dan fitnah adalah, memanggil semua pengusaha medsos dan menagih komitmennya menghapus berita hoax dan fitnah.
Dikatakan diaz hoax dan fitnah bisa dideteksi dengan teknologi, tapi ini tidak akan akurat 100 persen, karenanya manual juga harus dilakukan.
"Mereka para pengusaha Twitter, Facebook, Instagram, Google, dll harus menambah SDM di kantornya masing-masing untuk menghadapi hoax dan fitnah. Teknologi oke, tapi pemantauan manual tetap harus dilakukan,” jelas Hariqo.
Selain itu, untuk menghadapi hoax dan fitnah, maka term of use saat seseorang membuat akun medsos harus diubah dalam format tanya jawab. Contoh, 'jika kami memberikan akun Twitter ini, Anda berjanji tidak melakukan fitnah?'
Intinya Pemerintah harus memaksa pemilik Twitter, Facebook, Instagram dan Google untuk 'mempersulit' seseorang mendapatkan akun medsos.
“Pemerintah sebaiknya melakukan negosiasi maksimal dengan pengusaha-pengusaha medsos ini. Jangan sampai pengusaha-pengusaha medsos untung besar, sementara bangsa kita kelihatannya untung karena dikasih gratis, padahal rugi besar”, tegas Hariqo.
Kunci melawan hoax adalah partisipasi aktif dan kolaborasi, jika saling mengandalkan, kita akan kalah melawan hoax. Partisipasi adalah kuncinya, baik dari pengusaha medsos, media massa dan masyarakat.
Kota cerdas (smart city) tidak dinilai dari apa merek telepon genggam warganya, tapi dilihat dari partisipasi apa yang bisa dilakukan warganya lewat teknologi.