Adian menilai, sikap Paspampres menempatkan pakaian jauh lebih penting dari Freeport dan Aspirasi masyarakat Papua.
Ia menilai, sangat menyedihkan saat semua pihak berjuang mendapatkan divestasi saham 51 persen untuk Indonesia, saat semua berjuang menegakan kedaulatan atas sumber daya alam, pada saat yang sama Istana sibuk mempersoalkan bahan pakaian.
"Zaman Orde Baru saya dilarang diskusi karena materi diskusinya. Zaman sekarang saya dilarang diskusi karena bahan celana yang saya pakai," katanya.
"Tupoksi mereka jelas pengamanan komplek kepresidenan, bukan menjadi penilai pakaian. Standar kesopanan itu sederhana, bersih, tidak mengumbar aurat dan tidak robek sana sini" tukas adian.
Adian lalu membandingkan kejadian yang menimpanya ini dengan banyaknya pengusaha yang dengan mudahnya keluar masuk komplek Istana untuk bicara investasi, dagang dan lain-lain.
Sementara ia yang datang diundang resmi untuk kepentingan negara tapi justru dilarang.
"Mungkin kalau saya datang untuk berdagang dengan cincin emas dan jam rolex akan bisa masuk lebih mudah," ujar Adian.
Dalam aturan berbusana di lingkungan Istana, dilarang untuk menggunakan baju non formal seperti celana jeans.
Aturan itu tertempel di pintu masuk kompleks Istana yang dijaga Pasukan Pengamanan Presiden.
Kendati demikian, memang tidak jelas apakah aturan tersebut berlaku untuk semua orang yang akan masuk Istana atau tidak.
Catatan Kompas.com, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Suhardi Alius pernah menghadap Jokowi dengan menggunakan celana jeans dan sepatu kets.(Ihsanuddin)