TRIBUNNEWS.COM - Sebagai Angkatan Perang matra udara di dalam tubuh TNI, TNI Angkatan Udara (AU) tentunya memiliki berbagai pesawat-pesawat yang mendukung peran, tugas dan fungsinya.
Sejak berdirinya pada 9 April 1946 hingga kini (2017), inilah rentetan pesawat yang dimiliki TNI AU dari masa ke masa.
Di masa awal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pesawat pesawat yang dimiliki oleh TNI AU adalah pesawat Churen, Ki-27 Nate (Nishikoreng), K-51 Guntei dan Nakajima Ki-43-II Hayabusha.
Pesawat-pesawat tersebut merupakan peninggalan dari Tentara Kependudukan Jepang.
Pesawat Yokosuka K5Y ‘Willow’ atau yang lebih dikenal dengan Churen merupakan pesawat yang digunakan oleh Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) pada masa perang dunia II.
Pesawat ini merupakan pesawat latih bersayap ganda (biplane) yang memiliki kursi ganda dengan single engine Hitachi Amakaze 11 9-slilinder berpendingin udara (224 KW/300DK).
Pada 27 Oktober 1945, Churen yang menjadi pesawat pertama TNI AU resmi menggunakan warna merah dan putih sebagai identitasnya karena resmi mengabdi untuk NKRI.
Sementara penerbang yang pertama kali menerbangkan Cureng adalah Komodor Udara Agustunis Adisutjipto.
Pada 29 Juli 1947, sebagai balasan atas terjadinya peristiwa agresi militer Belanda I, Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan (sekarang TNI AU) melakukan operasi udara untuk pertama kalinya dan menorah kesuksesan sempurna.
Para penerbang TNI AU kala itu menggunakan pesawat-pesawat Churen, Guntei dan Hayabusha dari Lapangan Terbang Maguwo, Jogjakarta, untuk melakukan misi pemboman strategis terhadap pasukan Belanda yang berlokasi di Ambarawa, Salatiga dan Semarang.
Memasuki dekade 1950an, dengan dilakukannya pengembangan dan konsolidasi oleh TNI AU, pesawat-pesawat peninggalan jepang itu akhirnya mengalami pergantian.
Pada era ini, pesawat-pesawat yang lebih modern dari berbagai jenis seperti pesawat buru sergap P-51 Mustang; pesawat pembom B-25 Mitchell dan Douglas B-26 Invader; pesawat latih dasar Vultee BT-13 Valiant dan L-4J Piper Cub; serta pesawat latih lanjut AT-16 Harvard datang untuk memperkuat TNI AU.
Pesawat-pesawat lainnya yang hadir pada masa itu adalah pesawat angkut ringan Cessna 180, Auster Mark-II dan AT-6G Harvard; serta Cessna L-19 (O-1 Bird Dog).
Tak ketinggalan amfibi PBY-5A Catalina dan UF-1 Albatross. Untuk generasi pesawat jet hadir pula DH-115 Vampire, MiG 15, MiG 17 dan pesawat pembom Ilyushin Il-28.
Sementara dari jenis helikopter terdapat Hiller-360 Utility yang menjadi helikopter kepresidenan perdana sang proklamator, Bell 47G-3B-1 Soloy yang menjadi generasi awal helikopter TNI AU, Bell 47G2, Mil Mi-4 dan SM-1.
Sedangkan dari jenis pesawat angkut hadir pesawat sedang Ilyushin Il-14 Avia dan angkut ringan C-47 Dakota.
Pada dekade 1960an, TNI AU menjadi entitas yang cukup disegani di kawasan Asia Tenggara dengan hadirnya berbagai pesawat yang lebih modern, baik buatan Blok Timur maupun Blok Barat. Dari Blok Timur yakni pesawat jet MiG-19 dan MiG-21; pesawat angkut berat Antonov An-12 Cub; pesawat pembom strategis Tupolev Tu-16 Badger; serta helikopter Mil Mi-4, Mil Mi-6 dan L-29 Delfin.
Sementara pesawat-pesawat buatan Blok Barat yang memperkuat TNI AU adalah pesawat latih Beechcraft T-34 Mentor, pesawat angkut berat C-130 Hercules, pesawat angkut ringan VIP/VVIP C-140 Jetstar yang pernah digunakan Bung Karno sebegai pesawat kepresidenan. Sedangkan untuk jenis helikopter terdapat Bell 47J Ranger, Bell 204B Iroquis dan S-58T Sikorsky.
Memasuki dekade 1970an, TNI AU kembali diperkuat dengan pesawat-pesawat yang cukup disegani di dunia.
Pesawat-pesawat tersebut adalah OV-10 Bronco buatan North American Rockwell yang pernah menjadi tulang punggung TNI AU, pesawat tempur F-86 Avon Sabre, pesawat Angkut Fokker F27, serta pesawat latih Lockheed T-33 Bird, AT-16 Harvard dan Beechcraft T-34 Mentor.
Pada era ini TNI AU diperkuat juga dengan hadirnya helikopter Puma SA-330, helikopter latih Bell 47-G Sioux dan Bell 204B Iroquis.
Ketika memasuki dekade 1980an, pesawat-pesawat yang semakin modern kembali diakuisisi TNI AU. Sebut saja jet tempur kawakan F-5 Tiger II (sekarang sedang menunggu penggantinya), jet tempur legendaris McDonnell Douglas A-4 Skyhawak, pesawat jet tempur latih BE Systems Hawk MK-53, pesawat Boeing 737-200 Surveillance dan pesawat angkut ringan Cassa 212-200 Aviocar.
Pada akhir dekade ini, pesawat jet tempur multiperan F-16 Fighting Falcon yang menjadi salah satu kekuatan andalan TNI AU hingga saat ini. Di samping itu, untuk membentuk penerbang-penerbang muda yang andal, TNI AU mengakuisisi pesawat latih mula AS-220 Bravo.
Pada dekade 1990an, TNI AU kembali menggenjok kekuatannya dengan mendatangkan pesawat CN-235 dan helikopter NAS-332 Super Puma.
Memasuki tahun 2000an, TNI AU kian memperganas dirinya. Hadir helikopter latih EC-120 Colibri besutan Airbus Helicopters pada tahun 2001 yang juga menjadi helikopter andalan Dynamic Pegasus.
Dua tahun berselang, hadir pula pesawat latih dasar KT-1B Woong Bee buatan Korean Aerospace Industries (KAI) pada tahun 2003 yang kini menjadi pesawat andalan Jupiter Aerobatic Team (JAT).
TNI AU semakin memantapkan kekuatannya dengan mengakuisisi satu skadron jet tempur multiperan dari Blok Timur, yakni Sukhoi Su-27SKM yang berkursi tunggal dan Su-30MK2 yang berkursi ganda tahun 2004.
Tak hanya itu, pesawat antigerilya Embraer EMB-314 Super Tucano besutan Embraer Defence System, Brazil juga hadir memperkuat TNI AU pada tahun 2012 untuk menggantikan OV-10 Bronco yang telah purna tugas.
Pada tahun ini, hadir pula pesawat angkut taktis CN-295 yang dirakit PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk menggantikan pasawat Fokker F27 Troopship yang telah pensiun.
Tak ketinggalan pesawat pesawat latih dasar buatan Jerman Grob G-120TP-A didatangkan pada tahun 2013. Pada tahun yang sama, pesawat latih supersonik hasil kawin silang KAI dengan Lockheed Martin, T-50 Golden Eagle LIFT (Lead in Fighter Trainer) juga menjadikan TNI AU semakin perkasa.
Pada November 2016 tahun lalu, TNI AU juga kembali diperkuat dengan helikopter SAR tempur EC-725 Cougar yang dibuat PTDI. Turut pula diperkuat dengan pesawat patroli buatan PTDI CN-235 MPA yang memiliki kemampuan intai maritim.
Awal tahun 2017, sebanyak 18 dari 24 unit pesawat jet tempur F-16 C/D 52ID telah tiba. Sementara enam unit sisanya akan segera selesai dan akan dikirim ke tanah air.
Saat ini, TNI AU sedang menunggu pengganti F-5 Tiger II yang masih dalam pengkajian Kementerian Pertahanan. Spesifikasi teknis yang diinginkan TNI AU untuk pengganti F-5 adalah pesawat tempur dari generasi 4,5.
Ke depan, TNI AU juga menginginkan pesawat yang memiliki kemampuan Airborne Early Warning and Control System (AWACS) dan Multi-Role Tranker Transport (MRTT).