Di sini, kepercayaan animisme mengaburkan batas antara dunia dan akhirat, membuat orang-orang yang sudah meninggal tetap bisa berjumpa dengan orang-orang yang masih hidup di dunia.
Begitu seseorang meninggal dunia, jasadnya tidak langsung dimakamkan, tapi disemayamkan terlebih dahulu selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Sementara itu, pihak keluarga menjaga dan merawat jenazah.
Mereka diperlakukan layaknya orang yang tengah sakit. Keluarga akan membawakan makanan, minuman dan rokok dua kali sehari.
Mereka dimandikan dan dipakaikan baju secara teratur. Keluarga bahkan menyediakan sebuah mangkuk yang digunakan sebagai "toilet" untuk almarhum di sudut ruangan.
Mendiang tidak pernah ditinggalkan sendirian dan lampu selalu dinyalakan saat hari berganti gelap. Keluarga khawatir jika mereka tidak mengurus jenazah dengan baik, maka mereka akan ditimpa kesulitan.
Menurut tradisi, jasad-jasad itu diawetkan dengan daun-daun khusus dan rempah-rempah yang digosokkan ke sekujur jenazah. Namun, saat zaman semakin modern, keluarga menyuntikkan formalin ke jenazah. Imbasnya, aroma bahan kimia tercium kuat di ruangan.
Sambil membelai tulang pipi ayahnya yang kasar, Mamak Lisa mengatakan ia masih merasakan hubungan emosional yang kuat dengan mendiang.
"Meskipun kita semua beragama Kristen," jelasnya sambil meletakkan tangan di dadanya, "kerabat sering mengunjunginya atau menghubungi lewat telepon untuk menanyakan bagaimana kabar ayah, karena kami percaya bahwa ia masih ada di sekitar kami dan bisa mendengar kami."
Selama saya di sana, saya tidak melihat tanda-tanda ketakutan terhadap orang yang sudah meninggal dunia.
Ayah saya sendiri meninggal beberapa tahun yang lalu, dan ia langsung dikebumikan sebelum saya memahami sepenuhnya apa yang telah terjadi. Saya masih belum bisa mengatasi kesedihan saya.
Yang mengejutkan saya, Lisa mengatakan bahwa keberadaan sang ayah di rumah membantunya untuk berduka. Lisa mengaku semakin punya waktu untuk menyesuaikan diri secara perlahan dengan status baru ayahnya sebagai mendiang.
Selama hidup, masyarakat Toraja bekerja keras untuk mengumpulkan kekayaan. Namun harta yang diperoleh bukan untuk hidup mewah. Sejatinya mereka menabung untuk keperluan kematian mereka kelak.
Cirinda akan berbaring di rumahnya sampai keluarganya siap mengucapkan selamat tinggal baik secara emosional dan finansial. Jasad Cirinda nantinya akan diberangkatkan dalam sebuah upacara pemakaman yang mewah di desanya.