Menurut Ridlwan, pemberantasan terorisme oleh pemerintah tidak akan berhasil kalau belum didukung mayoritas umat Islam Indonesia. Terutama aktivis aktivis Ormas Islam.
"Ada BKPRMI , ada Dewan Masjid Indonesia, mereka bisa dilibatkan jangan justru masjid dimata matai, itu langkah yang salah kaprah, " jelas Ridlwan.
Ridlwan khawatir langkah keliru BNPT dan Adhe Bhakti itu akan dipakai oleh pihak oposisi untuk menyudutkan pemerintah, terutama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Isu itu bisa digoreng seolah-olah Jokowi anti Islam. Ini bahaya sekali karena faktanya pak Jokowi justru sangat pro Islam diantaranya dengan berdzikir bersama para ulama di Istana Negara, " ucap Ridlwan.
Sebelum itu terjadi, Ridlwan menyarankan BNPT dan Adhe Bhakti memberi penjelasan yang utuh dan gamblang di media lokal nasional Indonesia.
"Jangan ke media Australia, tuduhan bahwa ada agenda asing ikut campur dalam politik dalam negeri Indonesia akan semakin kuat, " tegasnya.
Menurut laporan yang diperoleh ABC, ada 41 masjid di 16 provinsi yang dipantau, seperti terungkap dalam laporan penelitian yang dilakukan atas nama pemerintah.
Dari semua itu, 16 masjid di tujuh provinsi secara resmi dinyatakan sebagai pendukung kelompok ISIS oleh tim peneliti yang terus memantau tempat-tempat ibadah ini secara rahasia.
Dalam wawancara eksklusif dengan ABC, kepala tim peneliti yang juga adalah analis mengenai tindak terorisme Indonesia Adhe Bhakti mengatakan, pesantren dan kelompok pengajian juga digunakan untuk menyebarkan ideologi ISIS yang radikal.
"Kami menemukan berbagai penggunaan masjid yang berbeda," katanya.
"Beberapa masjid murni digunakan untuk menyebarkan ideologi. Yang lain digunakan sebagai tempat untuk konsolidasi, dan bahkan pengurus masjid (marbot) akan bertindak sebagai agen perjalanan bagi mereka yang ingin ke Suriah."
Selama beberapa bulan, Bhakti dan timnya mendatangi masjid dan pengajian, dengan berpura-pura menjadi jamaah, dan mencatat kotbah dan diskusi yang sedang berlangsung.
"Kami adalah anggota kelompok pengajian. Kami ikut kegiatan mereka. Kami mewawancarai jamaah yang hadir, jadi kami mengumpulkan informasi dengan berbagai cara," katanya.
"Kami mengamati langsung, atau lewat sumber-sumber, dan juga dari wawancara yang kami lakukan."