TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat memberikan pernyataan persnya pada sesi Pleno ASEAN Foreign Minister’s Meeting di Manila, Filipina, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengapresiasi negara-negara ASEAN yang telah membuktikan diri sebagai motor perdamaian dan stabilitas kawasan.
“Di tengah keraguan terhadap multilateralisme dan regionalisme, ASEAN telah membuktikan diri sebagai motor perdamaian dan stabilitas kawasan,” ujar Retno berdasarkan keterangan Kementerian Luar Negeri, Minggu (6/8/2017).
Retno menekankan bahwa selama 50 tahun terakhir, ASEAN telah berhasil menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan.
Keberhasilan ASEAN tersebut telah mencegah terjadinya konflik terbuka, memicu pembangunan ekonomi dan kesejahteraan kawasan yang menjadikan ASEAN sebagai mesin pertumbuhan kawasan dan dunia.
“Keberhasilan ASEAN dapat dilihat dari kawasan kita yang damai dan stabil dengan pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata dunia,” tutur Retno.
Retno juga menyampaikan bahwa keberhasilan ASEAN tersebut terjadi karena beberapa kekuatan ASEAN seperti dapat membangun institusi yang menekankan pada perdamaian dan stabilitas.
ASEAN juga telah berhasil menghindari megaphone diplomacy dan mengedepankan diplomasi dan dialog.
Selain itu, ASEAN telah berhasil membangun suatu rule-based association. Semua ini merupakan bagian dari ASEAN way yang berhasil membuat ASEAN untuk berinteraksi dengan baik diantara anggota dan juga negara-negara di luar kawasan.
“ASEAN telah menjadi aktor kawasan dan global yang dihormati melalui ASEAN-led mechanism untuk membangun dialog dengan negara di kawasan dan di luar kawasan,” kata Retno.
Untuk terus dapat menjaga keberhasilan yang telah dicapai, Retno menegaskan ASEAN juga harus berhasil dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada saat ini maupun tantangan baru.
Salah satu tantangan tersebut terkait dengan adanya revalitas geopolitik, seperti di Laut China Selatan.
Dalam hal ini ditekankan bahwa ASEAN harus terus dapat mengelola situasi dengan menghormati prinsip-prinsip dasar dan hukum internasional serta menjaga hubungan yang baik dengan semua pihak.
Selain itu, ASEAN juga harus dapat mengatasi berbagai tantangan yang datang dari ancaman kejahatan transnasional dan terorisme.
Dalam hal ini Retno menekankan pentingnya untuk ASEAN meningkatkan kerja sama, baik di tingkat regional maupun sub-regional.
Menlu RI juga menegaskan bahwa mengurangi jurang pembangunan antara yang miskin dan kaya masih merupakan tantangan bagi ASEAN.
Untuk itu ASEAN perlu untuk terus mendorong pembangunan yang inklusif, termasuk dengan memberdayakan UMKM, mempercepat perundingan RCEP, dan memberikan perlindungan bagi pekerja migran.
“Kunci dari keberhasilan ASEAN kedepan akan ditentukan dari kemampuannya untuk memastikan rakyat ASEAN merasakan hasil dari pembangunan yang dicapai ASEAN,” tutur Retno.
Retno juga menekankan, kedepan ASEAN akan menghadapi tantangan untuk menjaga dan mempertahankan sentralitas dan kesatuan ASEAN.
Tanpa kesatuan dan sentralitas ASEAN, peran ASEAN di kawasan dan dunia dapat menjadi kurang relevan.
Untuk itu, Menlu Retno menyerukan agar komunikasi diantara Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN harus ditingkatkan, baik melalui jalur formal maupun informal.
“Kita harus terus menjaga dan memperkuat kesatuan dan sentralitas ASEAN, dan jangan sampai kawasan ASEAN menjadi proxy bagi negara-negara besar,” ucap Retno.