TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Legenda bulutangkis dunia yang mengharumkan Indonesia, Hariyanto Arbi, Rabu (27/9/2017), sah menjadi calong legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Hariyanto Arbi menjadi juara dunia di tahun 1995, pemain bulutangkis putra terbaik sedunia versi Badminton World Federation.
Sebelumnya, telah menjuarai All England 1993 dan 1994, Jepang Terbuka 1993 dan 1995, Hongkong Terbuka 1994 dan 1995. Hari juga dipercaya untuk memperkuat tim Indonesia yang memenangkan Piala Thomas tahun 1994, 1996, 1998, dan 2000.
“Perjuangan saya belum selesai” ungkap Hariyanto Arbi.
Setelah jadi atlet, ia ingin memperjuangkan kesejahteraan atlet dan mantan atlet. Misalnya Ellyas Pical yang dulu dielu-elukan, tetapi sekarang nasibnya kurang beruntung.
“Banyak Ellyas-Ellyas lain di luar sana yang mengharumkan nama Indonesia, tetapi setelah pensiun tidak sejahtera,” ungkap Hari.
Menurut Hari, olahraga juga merupakan sarana penting untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di negara-negara lain. Oleh karena itu, perlu perhatian yang lebih serius tentang kebijakan anggaran (budgeting) di sektor olahraga.
Saat mendaftar sebagai caleg PSI, Hariyanto Arbi diterima oleh jajaran Dewan Pimpinan Pusat PSI di Basecamp PSI, Jl. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.
“Terima kasih Bro Hari, telah mempercayai PSI sebagai parpol pilihan untuk memperjuangkan nasib mantan atlet di Indonesia. Harus ada yang peduli. Dan orang yang peduli itu ya harus orang yang mengerti olahraga. Saya mengapresiasi semangat Hari untuk berjuang di parlemen meningkatkan kesejahteraan mantan atlet, me-smash para koruptor, mengatasi berbagai masalah olaharaga di tanah air. Selamat berjuang,” ungkap Ketua Umum PSI, Grace Natalie.
Sekretari Jenderal PSI, Raja Juli Antoni mengucapkan selamat kepada Hari. Toni mengatakan ada dua hal yang patut dipelajari dan jadi inspirasi dari sosok Hariyanto Arbi.
“Dalam fisik yang sehat ada jiwa yang sehat. Dalam konteks politik hari ini, sosok Hari yang secara fisik sehat, akan membawa pikiran sehat dengan jiwa sehat memperbaiki keadaan politik kita” ungkap Toni.
Toni melanjutkan, Hari juga berjuang untuk melepaskan sekat-sekat ras, agama, lewat raket melawan diskriminasi.
“Saya ingat ketika bangsa kita dicabik kerusuhan etnis pada 1998, Hari sedang berjuang di luar negeri mengharumkan nama Indonesia berhasil merebut Piala Thomas. Saat itu, di tengah masih kacaunya kondisi republik, masih ada yang kita banggakan, yaitu perjuangan Hari. Semoga dengan jiwa dan akal yang fresh Bro Hari akan me-smash korupsi dan anti intoleransi,” tutur Toni
Selain itu, dukungan dan semangat untuk Hari maju terjun ke dunia politik juga datang dari tokoh bulutangkis Indonesia yang akhir-akhir sedang berkibar namanya, Tontowi Ahmad (Owi) dan Liliyana Natsir (Butet).