TRIBUNNEWS.COM - Seorang bocah SD di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Dayang Azmi ditunjuk menjadi Da’i Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas).
Tugasnya membagi pengetahuan tentang nilai moral dan kebangsaan kepada anak sebayanya. Kepolisian Caringin menyebut program Da’i Bhabinkamtibmas ini merupakan bagian dari upaya menghindarkan anak-anak dari pengaruh paham radikalisme.
Lantas seperti apa aksi bocah berusia 10 tahun ini? Berikut kisah lengkapnya seperti dilansir dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR).
Dengan pengeras suara, Dayang Azmi berdakwah, berpesan kepada teman-temannya untuk menghormati orangtua dan menghargai sesama. Tak ketinggalan menyelipkan beberapa kutipan ayat Al-Quran sebagai rujukan.
Khotbah siswi kelas 5 ini berlangsung sekitar 15 menit. Mukanya serius meski sesekali melempar lelucon untuk memancing tawa. Sedang tangan kanannya mengacung bila ada hal yang dirasa perlu penegasan.
"Saya dakwah sejak kelas tiga. Awalnya lomba-lomba dari kelas tiga. Tadinya juga mau menyerah, tapi diteruskan juga. (Sudah tampil di mana saja?) kecamatan, kabupaten, di sini juga," kata dia.
Dari lomba itu, kepercayaan diri Azmi tampil di depan banyak orang terasah. Dan ketika muncul di ajang lomba pidato Agustus lalu, beberapa orang polisi turut menyaksikan.
Belakangan, dia ditunjuk sebagai Da’i Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) oleh Kapolsek Caringin.
Sebagai Da’I Bhabinkamtibmas, tugas Azmi membagi pengetahuan tentang nilai moral dan kebangsaan kepada anak sebayanya. Azmi pun kerap diajak unit Pembinaan Masyarakat atau Binmas Polsek Caringin, mengunjungi sekolah dan pesantren di kecamatan.
Saat ini, Azmi memiliki beberapa materi dakwah. Misalnya soal perlunya menghormati orangtua dan menghargai sesama, peran para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan, serta pentingnya menjaga kebersihan. Namun, materi dakwah favoritnya yaitu perlunya menghormati orangtua dan menghargai sesama. Sebab dia ingin semua anak Indonesia bisa saling bertoleransi dan tak ada permusuhan.
Kepala Sekolah SD Cimandai 01, Endang Mahfudin, mengatakan para guru juga ikut menyokong materi khotbah Azmi tentang nilai-nilai kebangsaan.
"Untuk mencapai prestasi tersebut, dia juga akan menyampaikan masalah moral, seperti yang tadi disampaikan, kemudian masalah NKRI harga mati juga akan disampaikan ke depannya. Jadi empat pilar kebangsaan itu, Bhineka Tunggal Ika, kemudian Undang-undang Dasar 45, lambang garuda, itu akan disampaikan nantinya oleh dai kamtibmas ini. Apalagi sekarang sudah jadi duta di Kecamatan Caringin," kata Endang.
Endang pun tak menyangka, jika akhirnya Azmi ditunjuk sebagai Da’i Kamtibmas. Itu mengapa, sekarang pihaknya menyiapkan materi kotbah yang lebih variatif. Misalnya peran anak dalam menjaga persatuan bangsa dengan menyontohkan hubungan tolong menolong.
Sementara itu, Kapolsek Caringin, Fitra Zuanda menyatakan pemilihan bocah berusia 10 tahun itu sebagai Da’i Kamtibmas bukan tanpa tujuan. Kata dia, dengan karakteristik mayoritas penduduk setempat yang agamis, perlu penyampaian keamanan-ketertiban dengan cara dakwah.
Apalagi jika berhadapan dengan anak-anak –yang memerlukan pendekatan khusus. Diharapkan dengan medium da’i cilik, maka pesannya bisa sampai.
Dia mengatakan, program Da’i Kamtibmas ini merupakan bagian dari upaya menghindarkan anak-anak dari pengaruh paham radikalisme. Menurutnya, anak-anak yang dibekali pendidikan moral sejak dini, akan lebih kebal terhadap paparan ajaran radikalisme.
Kembali ke Dayang Azmi. Bocah ini mengaku sangat menikmati perannya sebagai Da’i Kamtibmas. Ia pun akan terus berdakwah, bahkan berniat melanjutkan pendidikan seusai SD ke pesantren.
Selain itu, Azmi juga akan tetap mengejar cita-citanya menjadi polisi wanita.