News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polemik Yerusalem

Pernyataan Trump soal Yerusalem Dinilai Akan Meningkatkan Kebencian terhadap Amerika Serikat

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Donald Trump

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah menyatakan seruan dan sikap terhadap pernyataan Presiden AS Donald Trump.

Ketua Umum DPP Hidayatullah, Nashirul Haq, mengungkap kekecewaannya atas sikap Presiden Amerika Serikat ke-45 itu.

Pemerintah Amerika Serikat, kata Nashirul, melalui keputusan Presiden Donald Trump memindahkan Kedutaan Besar negaranya dari Tel Aviv ke Al-Quds (Jerusalem) serta mengklaim kota itu sebagai ibukota negara palsu bernama “Israel”.

Ia menilai pernyataan Trump tak ubahnya sebagai penegasan bahwa dirinya mendukung Israel untuk menjajah Palestina.

"Sikap Trump itu hanya menegaskan sekali lagi posisinya sebagai pendukung utama penjajahan Zionis Israel atas Masjidil Aqsha, Baitul Maqdis, dan atas seluruh rakyat dan wilayah Palestina yang berlawanan dengan prinsip-prinsip perdamaian dunia," ujar Nashirul, dalam keterangan tertulis, Sabtu (9/12/2017) kemarin.

Baca: Akui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Korea Utara Sebut Trump Orang Tua Berpenyakit Mental

Pengakuan Trump bahwa Yerusalem sebagai ibukota Israel, kata Nashirul, adalah keputusan yang sangat berbahaya.

Nashirul menilai hal itu akan memicu kemarahan dan kebencian dunia Islam kepada Amerika Serikat dan sekutunya.

"Trump harus berhitung ulang dengan  keputusannya itu. Karena itu, sekaranglah saatnya negara-negara Muslim dan Arab yang tergabung dalam OKI untuk melakukan perlawanan dan penolakan," ungkapnya.

Ia pun mengingatkan bahwa Allah SWT telah memberikan momentum kepada kita untuk bersatu, bergerak dan melawan.

Nashirul sendiri berharap peristiwa ini menjadi jalan menuju kemerdekaan Palestina dan pembebasan Masjidil Aqsha.

Lebih lanjut, keputusan itu juga menyingkap wajah asli Amerika Serikat yang sejak 1948 di depan masyarakat Internasional selalu berpura-pura sebagai penengah antara Palestina dan Zionis Israel, lewat berbagai perundingan.

"Amerika Serikat sebenarnya hanya sandiwara untuk memberi waktu lebih panjang bagi Zionis Israel untuk memperluas wilayah rampasan dan jajahannya," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini