TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alumni 212 kini menghadapi kondisi sulit dengan terjadinya perpecahan di antara para pengurusnya.
Setelah muncul Persaudaraan Alumni 212, organisasi yang bernama Presidium Alumni 212 enggan mengakui perubahan nama tersebut.
Presidium Alumni 212 menyatakan sikap penolakan perubahan nama itu usai menggelar rapat di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (29/1/2018) lalu.
“Presidium Alumni 212 tidak pernah setuju dengan adanya perubahan nama. Kami juga menetapkan Habib Umar Al Hamid sebagai Ketua Umum Presidium 212 didampingi Ustadz Hasri Harahap sebagai Sekretaris Jenderal,” ungkap Juru Bicara Presidium Alumni 212, Aminuddin di Jakarta, Selasa (30/1/2018).
Baca: Ada Alumni 212, Koperasi 212, dan Sekarang Muncul Garda 212, Apa Bedanya?
Pernyataan sikap itu berbanding terbalik dengan yang disampaikan Persaudaraan Alumni 212 yang dipimpin Slamet Ma’arif melalui Musyawarah Nasional di Bogor, Jawa Barat tanggal 25-27 Januari 2018.
Dalam Munas itu kubu Slamet Ma’arif meresmikan perubahan nama dari Presidium Alumni 212 menjadi Persaudaraan Alumni 212.
Perpecahan juga terlihat dari saling klaim dari dua kubu di mana keduanya mengaku mendapat dukungan dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Baca: Sandiaga Uno Enggan Berkomentar Terkait Perpecahan 212
Dewan Pembina Persaudaraan Alumni 212, Eggi Sudjana mengaku bahwa pihaknya lah yang mendapat restu resmi dari Habib Rizieq Shihab.
Sementara kubu Umar Al Hamid dari Presidium Alumni 212 mengklaim Habib Rizieq Shihab sebagai Ketua Pembina.
Umar Al Hamid mengaku sudah memberikan surat kepada Habib Rizieq Shihab untuk menyelenggarakan pertemuan lintas tokoh di Makkah, Arab Saudi.
“Kami sudah bersurat kepada Habib Rizieq Shihab untuk mengadakan Musyawarah Visioner untuk melahirkan Deklarasi Makkah sebagai rujukan memperjuangkan Islam yang visioner, konstruktif, dan rahmatan lil alamin. Surat sudah kami siapkan untuk segera disampaikan kepada beliau,” ujar Umar Al Hamid.