TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada yang menarik dari diskusi publik yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana dan Profesi Perpolisian Indonesia (ISPPI) di Aula PTIK Kebayoran, pada Kamis (5/4) kemarin.
Diskusi itu mengangkat topik "Pilkada: Polisi Dimana Nyalimu?".
Baca: Pengamat Pendidikan Nilai Masih Ada Orangtua Lindungi Anaknya yang Terlibat Tawuran Antarsiswa
Ketua Umum ISPPI Farouk Muhammd, yang usai memberi sambutan menyimak jalannya diskusi, tiba-tiba mengambil mikrofon dan melontarkan pertanyaan menggelitik yang ditujukan kepada Direskrimum Polda Jawa Barat Kombes Pol Umar Surya Fana, yang menggantikan Kapolda Jabar yang ijin meninggalkan acara terlebih dahulu.
"Terus terang saya masih belum puas dengan jawaban atas tantangan diskusi ini: "polisi dimana nyalimu". Saya melihat polisi masih bertindak reaktif, menunggu laporan dalam penegakan hukum pelanggaran pilkada. Belum proaktif," kata Farouk yang juga Guru Besar PTIK ini.
Farouk lalu bercerita bahwa permintaan "mahar politik" itu nyata ada dalam pilkada, satu kursi dukungan ada harganya, parpol minta macam-macam kontribusi untuk ini dan itu dan nilainya miliaran rupiah. Tidak masuk akal dan diluar aturan legal dana kampanye.
"Nah, polisi berani tidak aktif menindak itu. Jangan hanya tunggu laporan. Kita harapkan nyalinya polisi itu pada waktu penentuan calon di partai politik itu. Ini yang merusak demokrasi kita karena ongkos politik mahal sekali, akibatnya korupsi, daerah tidak terurus," tandas mantan Gubernur PTIK ini.
Mantan Kapolda NTB ini sudah sangat geram dengan praktek money politics yang terjadi dalam pilkada, baik dalam bentuk permintaan mahar kepada calon maupun praktek jual beli suara rakyat. Terkait yang kedua, Farouk melanjutkan tantangannya kepada polisi.
"Apakah polisi akan menunggu laporan tentang money politik, serangan fajar, atau polisi sekarang sudah pasang ancang-ancang. Dimana-mana pasang, begitu ada kejadian tangkap, bawa, proses. Kalau perlu nanti suatu waktu, gara-gara polisi bertindak, semua calon gugur. Gak apa-apa biarin saja. Itu namanya baru polisi bernyali." pungkas Farouk disambut riuh tepuk tangan peserta diskusi.
Tantangan terbuka Ketua Umum ISPPI tersebut rupanya menjadi gong kesimpulan diskusi ISPPI siang itu. Hadir sebagai narasumber: Kapolda Jabar Irjen Pol Budi Maryoto, Anggota DKPP Prof. Dr. Muhammad, Anggota KPU Dr. Hasyim Asyari, Deputi Pemberantasan PPATK Irjen Pol Firman Santyabudi, Pengamat Politik LIPI Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Pengamat Hukum Tata Negara Dr. Irman Putra Sidin. Diskusi ini sendiri adalah Seri Ketiga dari rangkaian diskusi ISPPI dengan tema besar "Independensi Kepolisian Dalam Riak Tahun Politik."