Elia Manik menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina pada 16 Maret 2017 itu. Pencopotan Elia tertuang dalam Surat Keputusan (SK) No 39 yang dikeluarkan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
"Landasannya SK No 39. Kami sudah siap menjalankan holding migas. "Yang paling penting adalah meningkatkan pelayananan kepada masyarakat," kata Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno.
Selama Elia Manik menjabat Dirut Pertamina muncul beberapa isu kontroversial, di antaranya soal harga premium dan kelangkaan bahan bakar minyak tersebut. Presiden Joko Widodo menginginkan harga premium tetap Rp 6.500/liter.
Namun, Pertamina mengungkapkan perusahaa berpotensi rugi hingga Rp 3,9 triliun pada dua bulan awal 2018 akibat tidak menaikkan harga premium dan solar. Presiden Jokowi juga memerintahkan agar Pertamina menjaga pasukan premium.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ikut mengomentari mengenai potensi kerugian yang diungkap Pertamina.
Jonan menyebut pemerintah sudah memperhitungkan kesehatan keuangan Pertamina, di antaranya dengan memberikan hak pengelolaan beberapa blok migas kepada Pertamina.
"Pertama Blok Mahakam, itu tambahan pendapatan bersihnya saja setahun Rp 7 triliun-Rp 8 triliun. Lalu, dikasih lagi delapan blok, bisa tambah Rp 1 triliun - Rp 2 triliun, jadi setahun bisa dapat Rp 10 triliun. Itu dikasih selama 20 tahun," kata Jonan. (Malau)