Yudi sendiri mengaku sempat belajar di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri selama empat tahun lamanya.
Baca: 701.377 Surat Suara Pemilihan Bupati Karanganyar Tiba di KPU
Namun ketika di sanalah justru ia mulai berkenalan dengan pengajian kampus yang mengajarkannya tentang pondasi dari ajaran Aman.
Setelah itu ia bahkan sempat diajak mengunjungi Aman yang ketika itu tengah ditahan di Lapas Sukamiskin Bandung Jawa Barat.
Ia diajak oleh murid-murid Aman mengunjungi gurunya untuk mendengar langsung ceramah Aman.
Kemudian setelah itu ia mulai membaca buku-buku terjemahan dan karangan Aman dan mengikuti ceramahnya secara live di media sosial.
Yudi mengatakan ketika itu kondisinya dalam keadaan cukup.
Ia mengatakan bahwa ketika itu ia memiliki pekerjaan dan hidup berkecukupan.
Namun apa yang membuatnya menanggalkan pekerjaannya sebagai PNS dan beralih haluan menjadi teroris adalah ajaran Aman yang membawanya ke pemahamanan keimanan ekstrim.
"Ideologi ini bukan untuk mencari uang, bukan untuk mencari pekerjaan tapi untuk membuktikan keimanan. Pekerjaan, harta itu nggak ada urusannya sama keimanan. Malah harusnya dikorbankan. Maka nggak ada urusan, mau dia kaya, dia terpelajar. Kalau doktrin itu masuk, dia akan tinggalkan," kata Yudi.
Namun setelah pergulatan pemikiran dan batinnya selama lima tahun di penjara Aceh serta keterlibatan orang-orang seperti ayahnya, Ali Imron, serta teman-teman satu sel yang menderadikalisasinya dari ajaran Aman, Yudi sudah tidak memiliki keyakinan takfiri lagi sejak keluar penjara pada tahun 2015.
Kini ia tengah kuliah di Universitas Indonesia jurusan pertahanan dan menjadi pembicara dalam diskusi-diskusi mengenai kasus terorisme.