Ketua DPR RI Bambang Soesatyo meminta para alumni Himpunan Mahasiswa Islam Wati (FORHATI) tetap fokus pada gerakan sosial dan intelektualisme, termasuk memfasilitasi anggotanya yang sekarang sedang berjuang menjadi calon legislatif (Caleg) dari berbagai partai politik pada Pemilu 2019. Segala sumber daya yang dimiliki harus dikerahkan untuk meraih simpati dan dukungan dari rakyat.
"Semua caleg, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai peluang yang sama untuk terpilih. Jenis kelamin serta nomor urut bukan jaminan untuk menang. Kata kuncinya ada pada ikhtiar, kesungguhan dan kerja keras," ujar Bamsoet saat mengisi pelatihan "Sekolah Demokrasi Insan Cita" yang diselenggarakan Majelis Nasional Forhati di Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Politisi Partai Golkar ini menyampaikan kiat untuk menang dalam pemilihan. Semua Caleg harus membangun jaringan, menyusun strategi dan membuat program sesuai dapilnya masing-masing.
Terpenting, hindari politik yang berbau SARA dan hoaks. Karena hanya akan membuat bangsa ini porak-poranda, saling membenci dan saling bermusuhan.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini juga menerangkan, salah satu media kampanye yang murah tetapi efektif adalah kampanye melalui media sosial. Ini sangat cocok bagi Caleg perempuan yang tergabung dalam FORHATI.
"Media sosial adalah lahan yang subur untuk menembus ceruk kaum milenial. Ayo rebut simpati kaum milenial melalui media sosial. Untuk kampanye di media sosial, modalnya hanya hanya satu, yaitu harus kreatif dan inovatif," terang Bamsoet.
Legislator Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen ini menjelaskan, walaupun disibukan dengan kampanye, namun para Caleg Forhati jangan melihat Pemilu sebagai pesta demokrasi lima tahunan semata. Tetapi yang lebih esensi, Pemilu adalah sarana untuk menentukan arah perjalanan bangsa lima tahun ke depan.
"Semua pihak, termasuk Caleg, harus menyiapkan diri dan mengembangkan tradisi bahwa berkompetisi tidak harus saling menjatuhkan. Berbeda tidak harus saling bermusuhan," kata Bamsoet.
Bagi Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini, perbedaan politik dalam demokrasi adalah hal biasa dan lumrah. Bersaing harus dilakukan secara sehat. Saling meninggikan keunggulan masing-masing boleh dilakukan, yang harus dihindari saling merendahkan, saling menghujat atau saling mencaci maki sesama Caleg.
"Jika semua itu bisa kita lewati, maka demokrasi akan tumbuh semakin matang dan dewasa. Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah contoh berdemokrasi yang damai dan bermartabat," pungkas Bamsoet. (*)