News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dedi Mulyadi Sebut Kebohongan Ratna Sarumpaet Tak Bisa Disamakan dengan Janji Jokowi

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dedi Mulyadi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan, saat ini sejumlah netizen kerap mengaitkan kebohongan publik Ratna Sarumpaet dengan janji kampanye Jokowi.

Menurut Dedi, keduanya jauh berbeda karena tidak tercapainya janji Jokowi bukanlah sebuah kebohongan dan tidak bisa disamakan dengan pengakuan Ratna Sarumpaet.

Baca: Aria Bima: Orang seperti Ratna Sarumpaet Tidak Boleh Ada di Lingkaran Jokowi dan Prabowo

"Itu beda jauh. Ratna Sarumpaet itu jelas kategorinya adalah bohong. Tetapi, Pak Jokowi belum mencapai target apa yang dulu dikampanyekannya. Jangan disamakan," kata Dedi kepada Kompas.com, Sabtu (6/10/2018).

Meski demikian, kata Dedi, banyak capaian Jokowi yang sudah dilakukan.

Misalnya, pembangunan infrastruktur yang manfaatnya akan terasa dalam jangka panjang.

Lalu program pemerataan listrik, sertifikasi tanah dan lainnya. Termasuk juga pengendalian stabilitas harga.

Menurut Dedi, rupiah terhadap dollar AS melemah hingga Rp 15.000, namun harga-harga kebutuhan pokok tetap stabil.

Tidak ada gejolak berarti di masyarakat. Daya beli masyarakat tetap bagus.

"Memang, target penurunan nilai dollar AS belum tercapai. Tetapi, faktornya bukan di Pak Jokowi. Itu karena masalah global. Itu tidak disebut bohong, hanya belum ada capaian," ujar Ketua DPD Golkar Jawa Barat ini.

Dedi pun menyinggung soal kampanye dulu yang dilakukan mantan gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Menurutnya, dulu, di Jabar, Ahmad Heryawan dalam kampanyenya menjanjikan pendidikan gratis SMA, Citarum akan harum dan bersih, serta target 1 juta tenaga kerja.

"Pada akhir jabatan 10 tahun, itu tercapai atau tidak? Tidak kan. Apa Pak Aher itu berbohong? Tidak. Hanya Pak Aher tidak tercapai apa yang dijanjikan," katanya.

Artinya, kata Dedi, bahwa kebohongan itu adalah nol besar. Sementara, target tak tercapai sebelumnya ada upaya, namun belum berhasil.

Misalnya, menekan angka pengangguran. Dari target 9 persen, baru tercapai 6 persen.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini