TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirjen Pemasyarakatan (PAS) Sri Puguh Utami angkat bicara soal kerusuhan yang terjadi di Lembaga Permasyarakatan (LP) Kelas II A Lambaro Aceh Besar, Kamis (29/11/2018) malam.
Dalam konferensi pers di kantornya, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Jumat (30/11/2018) siang, Sri Puguh Utami menjelaskan kronologi kejadian hingga adanya peristiwa Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Permasyarakatan yang dilembar botol berisi air cabe.
"Kami sampaikan beberapa hal terkait kerusuhan di Lapas Lambaro. Pada 29 November 2018, pukul 18.30 WIB saat salat Magrib terjadi keributan hingga menyebabkan adanya pelarian," tegas Sri Puguh Utami.
Lanjut Sri Puguh Utami menegaskan kondisi Lapas Lambaro tidak over kapasitas. Dimana Lapas tersebut dihuni oleh 726 orang sementara itu kapasitasnya adalah 800 orang.
Setelah Azan Magrib, beberapa narapidana ada yang berteriak-teriak di sekitar pagar antara masjid dengan ruang untuk menuju ke kantor. Akhirnya Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Permasyarakatan ( Kepala KPLP) dan Kasie Keamanan mendatangi mereka untuk berkomunikasi.
Baca: PNS dan Penyelenggara Negara Tidak Lapor Penerimaan Gratifikasi, Bisa Kena Hukuman Seumur Hidup
"Mereka berteriak-teriak marah lalu melempar botol berisi air cabe. Kepala KPLP matanya pedih, lalu lari ke depan. Disitu tinggal Kasie Keamanan," ungkapnya.
Singkat cerita, 300 warga binaan yang salat berjamaah di Masjid lalu bergabung ikut melakukan perlawanan dan perusakan pada fasilitas lapas hingga pintu dan jendela jebol lanjut kabur.
"Kebijakan warga binaan salat di Masjid ini kebijakan dari Kalapas. Ternyata dimanfaatkan untuk perlawanan," imbuh Sri Puguh Utami.
Menurut informasi diduga keributan antar napi terjadi pukul 19.00 WIB. Atas adanya informasi itu, Polda Aceh dan Polresta Banda Aceh langsung datang dan mengamankan lapas tersebut.
Kerusuhan ini bukanlah kali pertama, di awal tahun 2018, LP yang berkolasi di perbatasan Kota Banda Aceh dan Aceh Besar ini juga pernah rusuh. Kala itu, kerisuhan dipicu karena fasilitas air yang macet.