Kok bisa? Bagaimana caranya?
Tidak jarang aparat, baik TNI ataupun Polisi jalan sendirian atau kelompok yang tidak besar untuk menyisir ke hutan-hutan. Pergerakan mereka (TNI/Polri) ini terpantau oleh mereka (kelompok bersenjata).
Nah, di saat lengah, senjata dirampas. Kalau kelompok aparat ini cukup besar, mereka berondong peluru. Semakin banyak peluru yang bisa dirampas ini, mereka semakin tinggi begitu. Tinggi hati gitu.
Ataukah mungkin ada pihak luar, misalnya dari dalam negeri atau dari luar negeri, yang memasok senjata kepada mereka?
Rampasan dari aparat saja, setahu saya.
Apakah ada bedanya pergerakan mereka dari dulu sampai sekarang?
Ada perbedaan. Mereka dilatih. Saya curiga ada mantan aparat yang melatih mereka. Dulu itu, saya sudah pecat beberapa orang. Kemungkinan mantan aparat ini ada yang dari polisi, ada juga yang dari TNI yang telah dipecat dan menjadi sipil terlatih.
Mungkin mantan desertir itu yang melatih mereka. Sekarang kan, mereka sudah pakai senjata yang punya tele. Kelompok bersenjata ini sudah semakin modern.
Untuk kebutuhan kehidupan mereka, bagaimana maksudnya?
Baca: 5 Fakta Terbaru terkait KKB Papua, Ternyata Miliki Panglima Tinggi Selain Egianus Kogeya
Kelompok bersenjata ini biasa merampok warga. Apabila, warga tidak kasih, mereka biasa ancam. Kareka mereka merasa berkuasa, punya senjata, maka asal main ambil saja. Ada hewan babi atau ayam warga misalnya, mereka tinggal minta. Ada anak gadis, mereka ini tinggal main ambil. Warga ketakutan sebenarnya kalau mau melapor ke aparat.
Apakah tidak ada bantuan lain? Dari Jakarta, misalnya?
Saya pernah buat analisis jaring laba-laba. Ada juga mereka dapat bantuan dari luar. Negara tetangga (Irjen Paulus Waterpauw tidak menyebut nama negara) kita juga bantu mereka.
Negara tetangga?
Iya ada beberapa dari luar lah.
Baca: Jadi Alat Propaganda, Polisi Blokir 20 Akun Medsos Milik Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua