News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Imparsial: TNI Harus Perkuat Pertahanan Siber, Bukan Masuk ke Lembaga Sipil

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Imparsial Al Araf saat diskusi publik bertema Quo Vadis Reformasi, Kembalinya Militer Dalam Urusan Sipil di kantor Komnas HAM RI, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (1/3/2019).

Menurutnya, pergeseran generasi baru perang mempengaruhi banyak negara melakukan reorganisasi militernya dalam konteks perubahan lingkungan strategis di dunia pertahanan.

Menurutnya, hari ini, dinamika generasi perang sudah dalam tahap generasi perang keempat.

Ia menjelaskan, generasi perang pertama sampai ketiga berdasar pada asumsi yang mengedepankan jumlah personel yang banyak.

"Tapi generasi perang keempat dengan dinamika perang asimetris, semua negara dasar utama perangnya adalah melihat pada pembangunan teknologi pertahanan yang modern ditambah kualitas tentara profesional," jelas Al Araf.

Ia melanjutkan, atas dasar itu, reorganisasi militer dengan melihat generasi perang keempat dilakukan banyak negara dengan dua tahap.

Pertama, memperkuat struktur dengan dinamika asimetris dan kedua mengurangi struktur yang tidak efektif untuk generasi perang keempat.

"Dampaknya, di banyak negara misalnya Israel, Australia, Amerika Serikat membangun pertahanan siber yang kuat dengan orientasi ke masa depan. Bahkan Perdana Menteri Israel menyebutkan, pertahanan siber mereka lebih kuat daripada Mossad yang mereka miliki," kata AlAraf.

Menurutnya, negara-negara di dunia yang melakukan upaya itu melihat persoalan dasar reorganisasi militernya ke arah membangun pertahanan siber yang kuat untuk ancaman dari luar.

"Kalau hoax Ratna Sarumpaet dan sebaginya tidak perlu ditangani juga sama militer. Tapi yang sifatnya lebih ke ancaman dari luar," kata Al Araf.

Di samping itu, negara-negara yang berorientasi ke generasi perang keempat juga melakukan pengurangan struktur yang tidak efektif.

Ia mencontohkan, angkatan bersenjata di Belanda mengurangi satuan divisi tank Leopard.

Sedangkan, di Amerika Serikat menurutnya telah melakukan pengurangan jumlah kekuatan Angkatan Darat sebanyak 120 ribu pasukan secara bertahap sejak 2012 sampai 2018.

"Di Tiongkok jumlah kekuatan Angkatan Darat dikurangi dari 300.000 prajurit sampai 200.000 prajurit," kata Al Araf.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini