News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2019

Diminta Komentari Pidato Grace Natalie, Masinton Sebut Odong-odong dan Cuma Cari Sensasi

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin, Masinton Pasaribu sedang jumpa wartawan di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2019). Serial diskusi publik Ngopi Bareng Dari Sebrang Istana yang digelar Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) membahas tantangan yang dihadapi untuk kedua cawapres dengan masing-masing latar belakang Ma???ruf Amin yang berstatus cawapres dan ulama sedangkan Sandiaga Uno dengan latar belakang yang berstatus cawapres dan pengusaha. TRIBUNNEWS/MUHAMMAD FADHLULLAH

Bro and Sis di Medan, dan menyaksikan ini melalui siaran TV Nasional dan Sosial Media,

PSI sebetulnya tidak perlu berdiri jika Partai Nasionalis mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Kita rakyat Indonesia bahkan tidak berharap mereka bekerja dengan cara yang hebat atau luar biasa.

Kita cuma berharap mereka tidak korupsi, kita cuma berharap partai nasionalis tidak diam, apalagi mendukung perda-perda diskriminatif!

Kepada partai lain — baik di BPN termasuk juga yang ada dalam koalisi TKN, kami mohon maaf.

Meskipun kita berada dalam perahu yang sama — yang akan membawa Pak Jokowi kembali menang — tapi bukan berarti kita tidak memiliki perbedaan.

PSI adalah sebuah gagasan baru dalam politik Indonesia, yang mendasarkan diri pada semangat membangun politik yang bersih, politik yang bekerja melayani rakyat, politik yang terbuka.

PSI — sebagaimana Jokowi — adalah antitesa dari praktik politik lama!

Bagaimana mungkin disebut partai Nasionalis, kalau diam-diam menjadi pendukung terbesar Perda Syariah?

Silakan baca “The Politics of Shari’a Law” yang ditulis Michael Buehler, Guru Besar Ilmu Politik Nothern Illinois University, yang dari penelitiannya menyimpulkan bahwa PDI Perjuangan dan Golkar terlibat aktif dalam merancang, mengesahkan, dan menerapkan Perda-perda Syariah di seluruh Indonesia.

Penelitian Robin Bush juga menyimpulkan hal yang sama.

Ini bukan saya lho yang bilang. Saya hanya membacakan kesimpulan riset ilmiah.

Kepada teman-teman partai Nasionalis, sudah saatnya kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis:

Ke mana kalian ketika rumah Ibu Meliana dibakar pada saat anak-anaknya ada di dalamnya?

Apa yang kalian lakukan ketika Meliana justru divonis bersalah dua tahun penjara?

Kenapa cuma PSI yang mengirim kader menemui Ibu Meliana? Kenapa hanya Sekjen PSI Raja Juli Antoni — yang menjenguk Ibu Meliana di penjara, pada 5 Februari lalu?

Hanya saya, Ketua Umum partai yang datang menjenguk Ibu Meliana pagi ini.

Kenapa kalian bungkam, ketika pada 27 September lalu, tiga gereja disegel di Jambi karena adanya ancaman dan desakan massa. Hanya PSI yang mengecam!

Sedang apa kalian ketika 13 Januari lalu terjadi persekusi atas jemaat GBI Philadelpia yang sedang beribadah di Labuhan Medan? Kenapa hanya PSI yang memprotes?

Mana suara Partai Nasionalis lain ketika pada 17 Desember, nisan kayu salib dipotong dan prosesi doa kematian seorang warga Katolik ditolak massa? Cuma Sekjen PSI yang menyampaikan kecaman!

Lagi-lagi, hanya PSI yang pada 12 Oktober lalu mendesak polisi mengusut peristiwa teror atas upacara sedekah laut di Bantul, Jogjakarta.

Saya ingin bertanya lebih jauh,

Kenapa Partai Nasionalis di Senayan ikut mengambil inisiatif meloloskan RUU Pesantren dan Pendidikan Agama di Prolegnas?

Saya tegaskan: PSI tidak keberatan soal pengaturan pesantren!

Kami mempersoalkan rancangan ini karena berpotensi membatasi sekolah minggu, yang selama ini diatur secara otonom oleh gereja.

Lolosnya RUU ini melukai rasa keadilan Umat Kristiani. Saya jadi bertanya-tanya: kenapa partai nasionalis dan Islam moderat abai dan tega meloloskan rancangan ini?

Mana suara Partai Nasionalis ketika 1 Maret lalu, NU membuat rekomendasi bersejarah untuk tidak menggunakan istilah “kafir” kepada kelompok non-Muslim?

Bukankah ini keputusan penting untuk menghapus praktik diskriminasi? Kenapa cuma PSI yang mengapresiasi NU? apa sikap Partai Nasionalis lain? Kenapa takut bersuara? atau kalian memang tidak peduli?

Bro and Sis semua, Persatuan Nasional tidak cukup ditegakkan dengan hanya meneriakkan kata “Merdeka” sebelum berpidato.

Saya tidak akan pernah berteriak merdeka sebelum semua warga negara betuul-betul merdeka beribadah. Saya tidak akan berteriak merdeka sampai rakyat Indonesia bebas dari persekusi!

Kepada kawan-kawan sesama partai Nasionalis saya ingin bertanya: untuk apa kalian memasukkan KORUPTOR sebagai Calon Anggota Legislatif kalian?

Kenapa kalian, Partai Nasionalis, tidak menjatuhkan sanksi kepada angggota kalian yang rutin bolos, dan membuat ruang sidang DPR melompong?

Kepada kalian, saya sekali lagi bertanya: kepentingan Nasional macam apa yang sedang kalian perjuangkan?

Itulah alasan kenapa PSI berdiri.

Kami hanya ingin memastikan masa depan kami — dan 265 juta rakyat Indonesia — tidak jatuh ke tangan Koruptor!

Kami ingin memastikan Indonesia tidak jatuh ke tangan para Fasis yang bertindak sewenang-wenang atas nama Tuhan!

Kami ingin ikut memastikan wakil-wakil yang duduk di DPR adalah orang-orang yang akan berjuang agar segala ancaman atas masa depan kita bersama itu tidak terjadi!

Itulah alasan kenapa kita masuk politik. Itulah alasan kenapa PSI berdiri. Itulah alasan kenapa partai ini harus lolos ke parlemen!

Hanya PSI, satu-satunya partai yang sejak awal TIDAK MENCALONKAN KORUPTOR!

Hanya PSI yang calegnya diuji oleh para tokoh independen dan berintegritas seperti Pak Mahfud MD, Pak Bibit Samar Rianto, Ibu Marie Elka Pangestu dan tokoh-tokoh lainnya.

Seleksi yang ketat telah menghasilkan para caleg berkualitas.

Hari ini, Majalah Tempo merilis 6 calon anggota legislatif pilihan mereka. 2 dari 6 adalah Caleg PSI.

Saya ingin minta Bro Azmi Abubakar, Caleg PSI dari Dapil Banten 3 berdiri…

Juga Bro Dr. Surya Tjandra, Caleg PSI dari Dapil Jatim 5…

Saya ingin yakinkan rakyat Indonesia beginilah kualitas caleg-caleg PSI!

Bro and Sis yang menyaksikan siaran ini,

Ada satu hal yang masih kurang dari proses Pemilu kali ini. Publik kehilangan kesempatan untuk melihat kontestasi ide diantara 16 partai politik.

Kita tidak tahu, apa beda visi dan misi partai-partai nasionalis dalam pemberantasan korupsi?

Apa posisi mereka dalam isu poligami? Apa yang akan mereka lakukan bila ada penutupan gereja?

Apa tindakan mereka menghadapi persekusi terhadap Ahmadiyah, Syiah, serta kelompok-kelompok adat dan penghayat? Rakyat berhak mendengar!

Kami berharap KPU, civil society atau media massa memfasilitasi debat antar partai agar publik bisa menilai kualitas dari partai yang akan mereka dukung.

Bagi kami debat ini penting untuk memastikan kualitas DPR mendatang tidak lebih buruk.

Saya ingin mengutip kesimpulan Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia FORMAPPI, yang mengatakan bahwa kinerja DPR 2018 – 2019 adalah yang terburuk sepanjang sejarah reformasi.

Dari 50 — hanya lima RUU — yang disahkan DPR. Kita patut bertanya: Apa yang mereka kerjakan sepanjang tahun?

Bro and Sis yang akan berjuang melawan arus ketidaknormalan politik negeri ini.

PSI adalah partai untuk orang-orang yang ingin Indonesia menjadi negara besar, modern, dan maju — bukan menjadi negara terbelakang karena konflik sektarian, bukan menjadi negara yang medioker karena korupsi dan salah kebijakan.

PSI ingin mengembalikan cita-cita para “Founding Fathers” yang ingin membangun Indonesia modern.

Kami membayangkan masa depan Indonesia yang maju, sebuah kemungkinan yang sebetulnya terbuka di depan mata, kalau kita berhasil memperbaiki partai politik dan parlemen.

Kami sungguh tak ingin menyia-nyiakankan kesempatan emas di depan mata ini. Kami cuma ingin negeri ini maju.

Saya tidak ingin lagi saudara-saudara saya, anak-anak saya, tidak bisa beribadah karena tidak diizinkan mendirikan rumah ibadah.

Bro and Sis semua, Kita masih punya cukup waktu mengetuk pintu rumah dan pintu hati rakyat agar pada tanggal 17 April rakyat memenangkan Jokowi dan memilih PSI.

Survei-survei dari lembaga kredibel menunjukan elektabiltas PSI membaik.

Dalam waktu tersisa, sampaikan bahwa kita PSI, berbeda dengan Partai Nasionalis lainnya.

Bersama PSI kita akan kubur istilah mayoritas dan minoritas; pribumi dan non pribumi. Semua setara.

Hanya PSI yang akan setia berjuang dengan rakyat demi kebebasan beragama dan beribadah. Agar tidak akan ada lagi penutupan paksa rumah ibadah di negeri ini!

Saya percaya, itu semua adalah landasan kuat menuju Indonesia yang maju.

Apakah kita siap menjadi negeri yang maju dan modern? Apakah siap memperbaiki politik? Mana Solidaritasmu?

Terima kasih

Salam Solidaritas. (Fransiskus Adhiyuda/Danang Triatmojo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini