TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan diminta merajut kembali spirit kebangsaan Berbagai elemen masyarakat pasca gelaran Pilpres 2019.
“Itu penting dilakukan karena efek perbedaan karena Pilpres terlalu keras dimasyarakat. Pemda Tangsel dan institusi terkait seperti TNI/Polri saya Kira perlu melakukan langkah konkrit bukan sekedar dialogis saja,” kata Yanny Irmella, Ketua Divisi Perempuan Bravo Lima Tangsel.
Salah satu langkah konkrit menurut Yanny adalah melakukan silaturahim kepada tokoh masyarakat,pemuka adat, tokoh Lintas agama. “Kita sambangilah, sowan Ke agamawan lintas agama. Ini ramadhan momentum tepat merajut ikatan persaudaraan beragama , persaudaraan kenegaraan,” tandas Yanny.
Sebagai suksesor 01 di Tangsel, Yanny sendiri akui hingga hari ini terus melakukan pergerakan. “Tapi bukan lagi konsolidasi kemenangan, kita fokus turun Ke lembaga pendidikan hari ini. Karena efek Pilpres anak didik Kita juga terkena imbasnya,” kata Yanny.
Sepanjang gelaran Pilpres kemarin Yanny prihatin akan maraknya persebaran Pesan hoax , ujaran kebencian hingga berefek pada menurunnya spirit nasionalisme ditataran anak didik Yang notabene belum memiliki hak pilih.
“Pesan-pesan itu sampe loh ke anak anak kita, tidak sedikit diantara mereka ikut berujar benci Karena bisa jadi ikutan orang tua atau baca Hp. Ini Kan jadi tidak dewasa benci kok ngajak-ngajak,” tutur Yanny.
Ditemui ditempat terpisah , pengamat politik dari Universitas Islam Syech Yusuf (Unis) Tangerang, Miftahul Adib akui adanya bibit bibit berkembangnya disintegrasi bangsa akibat Pilpres 2019.
“Maka perlu ada yang merajut, baik ditataran lokal ataupun nasional walaupun bangsa kita ini sudah teruji dengan perbedaan pilihan.Hanya saja Pilpres kali ini spirit agama terlalu kuat dibawa bawa,” kata Adib.
Politik simbol pada gelaran Pilpres 2019 justru menurutnya diperkuat. “Lagi lagi soal agama, padahal agama itu bukan sekedar simbol. Tapi pada nilai pada budi pekerti, " terang Miftahul Adib.