Bambang Soesatyo mengatakan, suasana khusyuk memasuki Bulan Suci Ramadhan 1440 H tahun ini mudah-mudahan mendorong semua komunitas untuk melakukan renungan dan intropeksi.
Adab publik Indonesia yang luhur itu tidak boleh rusak atau ditarik mundur. Harus tumbuh semangat bersama untuk masing-masing kembali ke akar budaya.
Komunitas Indonesia memang beragam, namun adab santun, peduli, toleran dan kompromistis (musyawarah mufakat), melekat pada semua komunitas.
Semua itu tak boleh dibiarkan hilang oleh perkembangan dan perubahan zaman sekali pun, karena dinamika dan perkembangan perilaku masyarakat Indonesia haruslah tetap berpijak pada akal sehat.
Karena kebisingan akhir-akhir ini bersumber dari isu kecurangan Pemilu, masuk akal jika masyarakat berharap masing-masing kubu kekuatan politik menahan diri, bahkan menghentikan aksi saling tuduh itu sepanjang periode hari besar keagamaan.
Publik yang peduli berharap Bulan Suci Ramadhan 1440 H tahun ini bisa menjadi momentum pemulihan hubungan baik antarkomunitas yang selama ini terpaksa berseberangan karena beda sentimen politik.
Pemulihan itu hendaknya diawali dengan kesadaran bersama untuk berhenti menyemburkan ujaran kebencian, berhenti saling tuduh, berhenti saling ancam, dan tidak lagi membuat pernyataan provokatif.
Pada periode bulan suci ini, semua kekuatan politik patut peduli dan menghormati masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah Puasa Ramadhan.
Agar masyarakat fokus dan khusyuk, ruang publik hendaknya bersih dari segala sesuatu yang berpotensi menganggu atau merusak kesakralan bulan suci Ramadhan.
Baca: Pertemuan Sejumlah Tokoh Agama Kota Bekasi dengan MUI Hasilkan Kesepakatan : Tolak People Power
Sudah barang tentu tidak akan dipersalahkan jika masing-masing kubu kekuatan politik terus bergiat mengumpulkan bukti-bukti kecurangan.
Namun, setiap temuan hendaknya disikapi dengan perilaku yang elegan, tanpa harus memancing atau mengoyak emosi publik. (Tribunnews.com/Kompas.com)