Dewi yang merupakan pedagang kuliner online ini mengaku adanya penurunan omsetnya sejak dibatasinya penggunaan media sosial pada 22 Mei lalu.
Sejumlah konsumen yang mau membeli barang dagangannya terpaksa menunda pembelian karena ingin melihat foto dan video barang dagangannya.
"Sudah ada puluhan calon pembeli yang menunda transaksi karena ingin melihat contoh barangnya melalui foto dan video. Saya hanya bisa mengurut dada saja," kata Dewi.
Hal yang sama juga dialami Dedi, pedagang pakaian online di Padang. Dedi mengaku, sejak dibatasinya penggunaan media sosial, omsetnya berkurang.
"Biasanya dua minggu jelang Lebaran ini sudah banyak pesanan. Tapi karena media sosial dibatasi, pesanan ini berkurang dibandingkan tahun lalu," kata Dedi.
Dedi mengakui, dirinya memang masih bisa menggunakan media sosial dengan menggunakan VPN.
Hanya saja, banyak konsumennya yang tidak menggunakan VPN sehingga tetap saja mengganggu transaksinya.
"Saya menggunakan VPN, tapi konsumen tidak. Jadi sama saja, tetap terganggu," kata dia.
Dedi berharap pemerintah segera membuka blokir pembatasan penggunaan media sosial ini sehingga dirinya dan pedagang online lainnya bisa melakukan perdagangan dengan lancar. (TRIBUNJAKARTA.COM/TRIBUNJATENG/KOMPAS.COM)