TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Luasnya perairan Utara Papua yang disebut lebih besar dari luas Pulau Sulawesi, membuat Indonesia harus lebih 'serius' dalam melakukan pemetaan untuk penentuan batas terluar Landas Kontinen.
Pemerintah melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang menggandeng Badan Informasi Geospasial (BIG) pun akan melakukan survei Landas Kontinen Ekstensi Indonesia selama 70 hari.
Untuk memulainya, kedua lembaga itu menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya I yang dilepaskan di Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (12/6/2019).
Misi ini akan dilakukan oleh Unit Kerja Balai Teknologi Survei Kelautan (Teksturla) BPPT dan BIG untuk memperoleh data pemetaan dasar laut di Perairan Utara Papua, demi menentukan posisi Foot of Slope (FOS) atau penentuan kaki lereng.
Namun untuk kali ini, FOS hanya digunakan untuk menentukan batas terluar Landas Kontinen di Perairan Utara Papua.
Kepala Balai Teksturla Mohammad Ilyas mengatakan bahwa kegiatan survei pemetaan kali ini merupakan misi nasional yang akan memiliki andil besar dalam menentukan bagaimana 'Indonesia' di masa depan.
Ia juga menyebut bahwa luas laut yang berada di bagian Utara Papua itu, lebih besar dari pulau Sulawesi, bahkan hal tersebut belum diklaim oleh pemerintah.
"Misi yang diusung oleh KR Baruna Jaya I merupakan misi nasional yang akan menentukan nasib Indonesia kedepannya," ujar Ilyas.
Baca: Jaksa Tolak Pengajuan Justice Collaborator Hakim PN Jaksel
Pada kesempatan lainnya, Kepala BPPT Hammam Riza menyambut positif dan mengapresiasi pelaksanaan misi yang akan menggunakan kapal riset yang selalu dibanggakan lembaga tersebut.
"Selamat bertugas Baruna Jaya 1, semoga survei tersebut berjalan dengan lancar," jelas Hammam.
Ia kemudian menjelaskan bahwa kapal riset Baruna Jaya selama ini telah menjadi lambang dan wajah dari penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan yang dimiliki oleh lembaganya.
"Baruna Jaya merupakan supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan yang dimiliki BPPT," kata Hammam.
Mantan Deputi bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT itu pun berharap kapal riset satu ini mampu melakukan tugas dan fungsinya secara baik dalam misi nasional terbaru.
"Fasilitas ini diharapkan mampu menjawab tantangan dari semua kebutuhan, dalam rangka (menjadikan) Indonesia berdaya saing dan mandiri di bidang teknologi survei kelautan," pungkas Hammam.
Kapal Riset Baruna Jaya I dilengkapi dengan teknologi canggih sistem pemetaan bathimetri Multibeam Echosounder (MBES) Teledyne Hydrosweep DS.
Sistem ini berfungsi sebagai sensor pengukur kedalaman di laut lepas hingga mencapai kedalaman 11.000 meter.
Nantinya, hasil survei tersebut akan digunakan sebagai data pendukung terkait pengusulan penambahan wilayah Landas Kontinen di Perairan Utara Papua kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).