TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sejatinya untuk mendapatkan rektor asing yang terbaik seharusnya Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) membajak Rektor yang sedang bertugas atau segera menyelesaikan tugas di universitas yang masuk ranking 100.
Demikian ditegaskan Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana kepada Tribunnews.com, Jumat (2/8/2019).
Hal itu disampaikan untuk menanggapi Menteri Ristek Dikti M Nasir yang menyampaikan ada calon rektor dari Korea sudah menawarkan diri. Juga ada warga dari Amerika dan Inggris yang sudah menanyakan prosedur.
"Namun bila ada orang dari luar negeri yang menawarkan diri atau mencari tahu dikhawatirkan mereka hanyalah pencari kerja (job seeker)," ujar Guru Besar Hukum Internasional ini.
Bila ini yang terjadi maka, menurut dia, Kementerian Ristek Dikti tidak akan mendapatkan calon rektor yang terbaik.
Baca: Agung Hercules Meninggal Dunia Akibat Kanker, Ruben Onsu Kenang Jupe yang Bernasip Sama
Untuk mendapatkan rektor kelas atas dari luar negeri dia menilai, harus dilakukan dengan membajak.
"Artinya inisiatif harus ada pada Kemen Ristek Dikti, bukan dari calon rektor asal luar negeri," tegas Himahanto.
Tapi, imbuh dia, bila yang membajak adalah Kementerian Ristek Dikti maka berarti ini telah menyimpang dari proses pencalonan rektor yang berlaku di kebanyakan kampus yang telah mapan.
Karena membajak berarti Kemen Ristek Dikti akan menaruh calon rektor.
"Padahal proses yang selama ini berlaku adalah proses bottom up, bukan top down," jelasnya.
Konsekuensinya Anggaran Rumah Tangga universitas yang mapan harus diamandemen pula.
Tentu ini tidak akan mudah karena melibatkan banyak stakeholders.
Baca: Tulis Surat Buat Kader, Amien Rais Wanti-wanti PAN Jangan Terjerumus Dosa Era Jokowi
"Bukannya tidak mungkin ide mengimpor rektor ke sejumlah PTN akan lama untuk diwujudkan," ucapnya.
Menristekdikti: Sudah Ada Peminat dari Korea yang Tawarkan Diri