Ia juga tak bisa menggunakan kartu debit maupun kartu kredit untuk bertransaksi.
Sinyal ponselnya juga mengalami gangguan. Hal-hal serupa dirasakan masyarakat lainnya yang terdampak pemadaman listrik.
"Ini menunjukkan sistem ketahanan kita lemah sekali karena semua saling tergantung. Listrik mati bikin ATM enggak bisa jalan, kartu kredit tidak bisa, bank tidak bisa," kata Rizal.
Menurut dia, semestinya sistem tersebut dibuat terpisah sehingga tidak tergantung pada pasokan listrik, misalnya, agar komunikasi tak terganggu akibat listrik padam, harus dibuat BTS bertenaga solar.
Baca: Kasus Blackout PLN, MRT dan KAI dan Angkasa Pura II Diusulkan Punya Pembangkit Listrik Sendiri
Baca: PLN akan Libatkan Pakar Kelistrikan dalam Investigasi Insiden Listrik Padam
Begitu pula fasilitas publik lainnya yang dinilainya harus punya daya cadangan.
Ia menganggap, selama ini PLN tidak memiliki rencana kontigensi yang baik.
"Kalau satu down, harusnya ada backup-nya, step selanjutnya apa. Ini kelihatan kaget, tidak ada respon yang sistematis untuk penyelesaian masalah ini," kata Rizal.
Dampak Bagi Pelaku Ritel
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) menyatakan, anggota mereka mengalami kerugian materil akibat pemadaman listrik serentak di sebagian Jawa pada Minggu (4/8/2019).
APRINDO mencatat potensi kerugian anggota akibat kejadian tersebut mencapai Rp 90-100 miliar setiap enam jam padamnya listrik.
"Kalau kemarin saja mulai pukul 11.50 WIB hingga pukul 22.00 WIB atau jam normal operasional gerai berakhir, sementara listrik masih padam, bisa dikalikan berapa kerugian yang kami derita," ujar Ketua Umum APRINDO Roy Mandey dalam keterangan tertulis, Senin (5/8/2019).
Roy mengatakan, semestinya PLN memberi pengumuman terlebih dahulu bahwa akan ada pemadaman listrik dalam wkatu lama.
Baca: Lakukan Investigasi, PLN: Padamnya Listrik di Separuh Pulau Jawa Tidak Dipicu Penyebab Tunggal
Baca: Plt Dirut PLN Beberkan Kejadian Padamnya Listrik di Setengah Pulau Jawa ke Komisi VII DPR
Dengan demikian, pengusaha ritel bisa lebih siap mengantisipasi agar kegiatan bisnis tetap berjalan.
Misalnya, dengan mengisi cadangan bahan bakar genset agar tahan untuk waktu tertentu.
Dengan mati listrik yang tiba-tiba ini, banyak ritel yang kehabisan daya genset, bahkan ada pula yang tidak dibekali genset sehingga tokonya terpaksa tutup lebih awal.
"PLN seyogyanya memberi pengumuman terlebih dahulu kepada pelaku usaha agar bisa mempersiapkan cara tetap memberi pelayanan maksimal kepada konsumen dan masyarakat pun tetap bisa mendapat haknya sebagai konsumen," kata Roy.
(Tribunnews.com/Whiesa/Sri Juliati/Taufik Ismail/Kompas.com)