Pada Rabu (31/7/2019), Aurel pulang ke rumah setelah menjalani latihan bersama timĀ Paskibraka Tangerang Selatan.
Dalam keadaan lelah, dia bercerita, buku diary miliknya beserta empat temannya dirobek oleh senior ketika latihan Paskibra.
Buku diary itu merupakan bagian dari tugas yang diberikan seniornya.
Buku tersebut ditulis oleh Aurellia beserta anggota yang lain sejak 22 hari selama latihan Paskibraka.
Namun, buku diary Aurel dirobek setelah dikoreksi oleh para senior.
Setelah disobek, Aurel diharuskan menyalin buku tersebut dalam waktu dua hari.
"Ini salah satu bentuk psikologis yang luar biasa kalau menurut kami mengakibatkan down mental dan fisik."
"Akhirnya dia jam satu mencoba bangun untuk nulis lagi, nggak bisa selesai," kata Farid saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Jumat (2/8/2019).
Takut komplain senior
Farid mengungkapkan, selama mengikut pelatihanĀ Paskibraka Tangerang Selatan, Aurel berlatih dengan semangat dan serius.
Walaupun latihan yang diterapkan cukup keras hingga menguras tenaga.
Bahkan, tidak jarang para anggota termasuk dirinya mendapat hukuman dari para seniornya.
Namun, Aurel memilih untuk tidak meminta tolong orang tuanya agar komplain kepada para senior karena pola latihan tersebut.
Farid mengatakan, jika orangtua komplain dengan cara latihan Paskibraka, maka para anggota justru akan diberi latihan lebih keras lagi.
"Pernah anak saya cerita bahwa ada yang komplain, akhirnya mereka dihukum semakin berat."
"Itu yang membuat anak-anak takut berbicara yang sebenarnya," ucap dia.
Aurrel tidak memberi tahu perlakuan yang dia alaminya sedari awal.
Dia berusaha memendam masalahnya tersebut walaupun belakang dia sempat membuka suara kepada orangtuanya.
"Cuman dari dulu dia memang selalu bertanggung jawab, jadi dipendam sendiri baru akhirnya akhir ini cerita sedikit-sedikit ada hukuman yang berlebihan dari senior."
"Oknum senior bukan pelatih. Kalau pelatih pasti akan profesional," ucap dia.