News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusuh di Papua

Saat Manokwari Rusuh, Parnadi dan 8 Karyawannya Sembunyi 3 Jam di Kamar Mandi

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di Pelabuhan Manokwari saat kerusuhan terjadi.

Baru pada hari Rabu atau dua hari setelah peristiwa, Parnadi bersama pegawainya, yang ia sebut masih trauma, mulai memperbaiki kiosnya yang rusak.

Penjarahan juga dialami Katirin, pria paruh baya asli Blitar yang besar di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ia mengaku sudah tinggal di Manokwari selama enam tahun terakhir sebagai buruh bangunan.

"Sebenarnya saat kejadian itu kita inginnya keluar dari Manokwari," ungkap Katirin saat ditanya apa yang ada di benaknya ketika demo berujung ricuh Senin lalu.

"Jujur saja, seandainya saya punya uang, lebih baik saya pulang kampung ke Sulawesi," tambahnya, "akhirnya terjadi begini, jujur saja saya ngedrop."

Ia tidak menyangka tempat tinggalnya di Jalan Gunung Salju, Manokwari, yang menurutnya tidak berada di lokasi utama, turut menjadi target.

Pasalnya, menurut Katirin, sebelum peristiwa tersebut ia merasa aman berada di Manokwari. Bahkan, ia merasa dilindungi masyarakat setempat.

"Saat saya kerja proyek di pedalaman, itu dia sambut kita juga dengan baik walaupun kita pendatang," tuturnya.

"Malah kita merasa dilindungi, maksudnya, kalau ada yang korek kita, itu malah kita dibantu."

Sementara itu, salah seorang warga asli Papua yang tinggal di Kampung Bugis, Distrik Manokwari Barat, Omson Kirmai, terkejut dengan pemandangan yang ia lihat di kampungnya di hari unjuk rasa berlangsung Senin lalu.

"Saya kaget, terus saya lihat dari sini juga ada orang angkat alat-alat tajam, pisau, parang kayu, 'ini ada apa ini?'," tutur Omson.

Ia mengaku tidak menyangka aksi tersebut terjadi di kampungnya yang notabene menjadi tempat bermukim banyak warga pendatang asal Makassar.

"Selama di sini hubungan saya dengan masyarakat orang Bugis di sini aman," ujarnya.

Omson, yang berasal dari suku Arfak, menyayangkan aksi yang menciptakan ketegangan di masyarakat tersebut. Baginya, meski mereka berbeda ras, "kekeluargaan jadi lebih penting, lebih utama".

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini