Kapolda Papua Irjen Pol Rudolph A. Rodja mengungkapkan, massa telah merampas senjata api milik TNI dalam aksi itu.
"Massa merampas sekitar 10 pucuk senpi sambil melakukan penembakan ke arah petugas TNI dan Polri yang sedang melakukan pengamanan unjuk rasa yang pada awalnya damai," kata Rudolph.
4. Penyerang diduga KKB
Polisi, kata Dedi, menduga bahwa pihak yang tiba-tiba menyusup merupakan kelompok kriminal bersenjata (KKB).
"Penyerangnya diduga terindikasi kelompok KKB," ungkap Dedi.
5. Situasi sudah kondusif
Hingga Rabu malam waktu setempat, polisi mengatakan bahwa situasi sudah kondusif.
Namun, aparat TNI-Polri bersama pemda terkait terus berkomunikasi dengan masyarakat setempat agar kejadian anarkis tidak terulang kembali.
"Saat ini situasi di Kabupaten Deiyai sudah aman dan kondusif, Bupati dan Forkopimda Deiyai, sedang melaksanakan rapat untuk mengimbau massa agar tidak melakukan aksi anarkis pasca unjuk rasa," kata Dedi.
6. Tanggapan Staf Kepresidenan
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menyebut ada dua kelompok yang menjadi provokator kerusuhan di Papua, termasuk di Deiyai.
Moeldoko mengatakan, dua kelompok tersebut sengaja memprovokasi warga Papua agar TNI dan Polri terpancing.
Hal ini disampaikan oleh Moeldoko saat ditemui Tribunnews di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Menurut Moeldoko, provokator masuk saat massa menggelar demonstrasi di Deiyai Rabu silam.
"Ya memang ada (provokator). Jadi sering saya katakan memang poros gerakan politiknya sedang masif, sekarang betul-betul sedang masif," ujar mantan Panglima TNI tersebut di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.
Moeldoko menjelaskan, terjadinya gejolak di Papua yang berlangsung hingga saat ini tidak terlepas dari peran dua kelompok di Papua.
Dua kelompok tersebut yaitu poros politik dan poros bersenjata yang melakukan pergerakan.
Kepala Staf Kepresidenan itu menganggap, dua kelompok itu sekarang sudah sulit menghasut masyarakat Papua setelah pemerintah membangun berbagai infrastrutur.
"Pembangunan yang masif di Papua itu maka kecemasan yang dihadapi oleh mereka (dua poros) adalah dia tidak bisa lagi membohongi rakyat," ujar Moeldoko.
"Dia tidak bisa lagi membohongi dunia luar bahwa Papua itu begini, begini," lanjutnya.
Dia menambahkan, penanganan aparat kepolisian dan TNI akan dilakukan secara terukur dan tidak secara emosional.
Hal ini akan menghindari munculnya tindakan atau perilaku yang tidak terkontrol.
"Karena kalau kita ikut larut dalam emosi, maka langkah tindakan menjadi tidak terkontrol," terang Moeldoko.
Moeldoko menyebut, warga Papua sengaja diprovokasi agar TNI dan Polri terpancing.
"Memang sengaja diprovokasi untuk itu, tujuannya apa, agar kami melakukan tindakan," kata Moeldoko.
"Apalagi angkatan bersenjata seperti TNI atau Polri itu sangat diharapkan. Ada korban baru digulirkan," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Seno Tri Sulistiyono/Kompas.com/Devina Halim/Dhias Suwandi)