Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontroversi soal mobil Esemka usai Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik sekaligus menjajal produk terbaru seri Bima di Boyolali, Jawa Tengah terus bergulir.
Ketua Fraksi Partai Hanura DPR RI Inas N Zubir mengatakan perjalanan pembuatan mobil Esemka tidaklah mudah.
Karenanya kata Inas politisi-politisi harus mendukung niat baik tersebut.
"PT Solo Manufaktur Kreasi telah mengarungi jalan yang terjal untuk mewujudkan cita-cita bangsa ini dalam mewujudkan mobil buatan Indonesia, sejak 2007 sampai sekarang, dimana pernah memotivasi pelajar SMKN 1 Solo untuk merakit mobil Esemka pertama yang mendapat perhatian Wali Kota Solo pada saat itu, yakni Jokowi. Perjalanan yang tidak mudah tersebut akhirnya membuahkan hasil, walaupun baru merakit mobil buatan China tapi sudah mengandung komponen-komponen dalam negeri dan seharusnya para politikus-politikus mendukung niat baik tersebut," ujar Inas dalam pernyataannya yang diterima Tribunnews, Minggu(8/9/2019).
Menurut Inas, soal mobil buatan dalam negeri sebenarnya sudah pernah muncul era orde baru.
Saat itu ada dua produk ternama, Timor dan Hyundai jadi Bimantara.
Namun lanjut Inas, ketika Presiden Soeharto berkuasa, mobil nasional tersebut tidak menuai pro dan kontra.
"Saat itu enggak ada yang berani bawel, karena takut diculik," kata Inas.
Dijiplak
Setelah resmi dikenalkan ke publik Jumat (6/9/2019), mobil pikap Esemka Bima kini menuai banyak kontroversi.
Mobil yang dibuat oleh PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) di Boyolali, Jawa Tengah ini secara desain persis seperti mobil asal China bermerek Changan.
Kemiripan ini terjadi di Esemka Bima tipe 1.2 dengan Changan Star Truck yang juga merupakan mobil komersial berbentuk pikap.
Jika diperhatikan dari bagian depan, banyak kemiripan antara Esemka Bima 1.2 dan Changan Star Truck, mulai dari desain lampu, grill, bumper dan bentuk mobil itu sendiri seperti kembar namun beda merek.