Kompleks makam seluas 1,8 hektar sejak ini telah berdiri sejak Ir Soekarno wafat dan dimakamkan di sana.
Makam Soekarno berdampingan dengan makam kedua orangtuanya, Raden Mas Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rei.
Sama halnya dengan presiden kedua RI, Soeharto.
Soeharto yang meninggal pada 27 Januari 2008 itu juga dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga, tepatnya di Astana Giri Bangun.
Baca: BJ Habibie Wafat, Kenneth: Selamat Jalan Bapak Teknologi Indonesia
Baca: Hanung Bramantyo Bongkar Alasan BJ Habibie Ngotot Ciptakan Pesawat, Singgung Solo dan Gorontalo
Kompleks makam ini berada tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Tak jauh dari Astana Giri Bangun, ada Astana Mangadeg yaitu kompleks pemakaman para penguasa Mangkunegaran, satu di antara pecahan Kesultanan Mataram.
Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.
Di Astana Giri Bangun, Soeharto dimakamkan berdampingan dengan sang istri, Siti Hartinah atau Tien Soeharto yang telah lebih dulu meninggal pada 28 April 1996.
Sebenarnya, Soeharto berhak dimakamkan di TMP Kalibata.
Namun, sebelum meninggal, ia sudah berpesan dimakamkan di Astana Giri Bangun.
Ada cerita menarik yang datang dari penjaga makam keluarga Soeharto, Sukirno, dalam proses pemakaman Soeharto.
Kisah ini ada dalam buku 'Pak Harto Untold Stories' halaman 344 sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari Surya.co.id.
Sukirno menuturkan, sebuah peristiwa aneh yang terjadi kala liang lahat untuk Soeharto pertama kali digali.
"Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr."