"Saya merasakan diperlakukan tidak wajar dan menahan diri untuk tetap sabar dan tenang. Saya membaca beberapa ayat Alquran yang saya hafal," katanya.
Setelah beberapa waktu berlalu, Ketua dan anggota Mahkamah Agung keluar dari Ruang Jepara, ADC dan Protokol mempersilakan pimpinan DPR/MPR memasuki ruang itu.
"Perasaan saya makin penuh dengan kekecewaan, ketidakadilan, dan penghinaan, sehingga kemudian saya memberanikan diri untuk berdiri dan melangkah ke Ruang Jepara ingin bertemu langsung dengan Presiden Soeharto," ujar Habibie.
Namun, baru saja Habibie berada di depan pintu Ruang Jepara, tiba-tiba pintu terbuka dan protokol mengumumkan Presiden Republik Indonesia memasuki ruang upacara.
"Saya tercengang melihat Pak Harto, melewati saya terus melangkah ke ruang upacara dan 'melecehkan' keberadaan saya di depan semua yang hadir," tulis Habibie.
Dalam acara itu Habibie untuk pertama kalinya saya mendengar alasan Soeharto mengundurkan diri.
Baca: Kenang Masa Lalu, Mantan Ajudan Tidur di Kolong Tempat Tidur BJ Habibie dengan Senjata Lengkap
Setelah Habibie mengucapkan supah sebagai Presiden RI, Soeharto meninggalkan Istana Merdeka.
"Tanpa senyum maupun sepatah kata, ia meninggalkan ruang upacara," katanya. (tribunnetwork/feb)
Kisah Habibie pada seri sebelumnya ...
Berdebat keras soal menteri Kabinet Reformasi
Untuk membahas susunan Kabinet Reformasi, Habibie berangkat ke rumah pribadi Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta, 20 Mei 1998.
Sampai di rumah pribadi Soeharto sekira pukul 19.30, namun saat itu sang presiden sedang menerima mantan Wakil Presiden Sudharmono.
Baca: Kisah Habibie di Penghujung Kekuasaan Soeharto (1) Terima Telepon Mengejutkan dari Menko Ginandjar
Saat menunggu, Habibie ditemani Siti Hediyati, putri Soeharto yang kala itu masih berstatus istri Letjen TNI Prabowo Subianto, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Dalam pertemuan, Soeharto membuka sehelai kertas besar yang berisi nama-nama anggota Kabinet Reformasi.