Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain menggunakan bahan semai berupa garam atau Natrium Klorida (NaCl), Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah provinsi di tanah air juga membutuhkan kapur tohor aktif atau Kalsium Oksida (CaO).
Saat ini kapur tohor aktif itu tengah dibawa ke sejumlah provinsi, yakni Riau, Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Barat (Kalbar).
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tri Handoko Seto melalui pesan singkatnya kepada Tribunnews, mengatakan kapur tohor aktif saat ini baru tiba di Provinsi Kalteng.
Sedangkan untuk Riau, bahan semai satu itu masih dalam perjalanan menuju posko TMC di sana.
"Kapur tohor belum (dikirim ke Riau), masih dalam perjalanan, baru di Kalteng yang sudah sampai," ujar Seto kepada Tribunnews, Jumat (20/9/2019) malam.
Ia menambahkan, penyemaian kapur tohor aktif tersebut akan dilakukan pada hari ini, Sabtu (21/9/2019).
Penyemaian rencananya menyasar seluruh provinsi di Kalimantan.
"Besok (Sabtu) mulai semai dengan kapur tohor, rencananya di semua provinsi," jelas Seto.
Terkait penanganan karhutla di Kalimantan ini, posko TMC berada di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Baca: Taufiq Husen Selamat Saat Anggota KKB Baku Tembak dengan Polisi: Saya Hanya Penebang Kayu
Sehingga pesawat yang akan membawa bahan semai kapur tohor aktif itu nantinya akan berangkat dari posko tersebut untuk melakukan penyemaian pada kabut asap yang memiliki potensi awan di atasnya.
"Posko di Kalimantan hanya Kalbar dan Kalteng, target semai semua provinsi ya, tergantung kebutuhan," kata Seto.
Penyemaian kapur tohor aktif dilakukan untuk mengurai partikel dan gas sehingga konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk dan garam pun bisa disemai untuk memunculkan hujan buatan.
Untuk penyemaian kapur tohor aktif, ada tiga jenis pesawat yang digunakan yakni CN 295 yang memiliki kapasitas 2,4 ton, kemudian Hercules C 130 kapasitas 4 hingga 5 ton serta Cassa 212 kapasitas 800 kilogram.
Pengoperasian TMC dalam skala lebih besar pun akan dioptimalkan selama satu bulan ke depan.
Sebelumnya, Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan hal itu usai menghadiri Rapat Terbatas (Ratas) mengenai karhutla yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan dihadiri para menteri serta pimpinan lembaga terkait di Pekanbaru, Riau, Senin (16/9/2019) malam.
Ia mengatakan bahwa peningkatan efektivitas operasi TMC akan menggunakan kapur tohor aktif (CaO) sebagai bahan semai.
"Kami akan tingkatkan upaya TMC, dengan upaya kapur tohor aktif (CaO) sebagai bahan semai," kata Hammam.
Baca: Keluarga Sempat Telepon Sebelum Ririn dan Bayinya Ditemukan Meninggal, Tapi yang Menjawab Ibu Kos
Penyemaian tersebut akan dilakukan mulai pagi hari, untuk memunculkan awan yang dibutuhkan dalam proses TMC.
"(Kapur tohor) disemai pagi hari untuk meningkatkan kualitas udara yang memudahkan pertumbuhan awan," pungkas Hammam.
Hingga saat ini, BPPT bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus mengoptimalkan operasi TMC yang tidak hanya mencakup provinsi Riau saja, namun juga beberapa wilayah terdampak karhutla lainnya di tanah air, seperti sejumlah provinsi di Kalimantan.