"Iya kurang efektif kalau dilakukan operasi bom air pada karhutla yang besar, sementara untuk skala kecil sangat efektif," tambah Pelaksana Tugas (plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo.
Sementara, penanganan karhutla dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) akan dipertimbangkan terus dilakukan, mengingat hasilnya berdampak cukup signifikan.
Doni menuturkan, BNPB akan terus bekerja sama dengan Mabes TNI, BPPT, BMKG, dan BMKG.
"Pada hari Jumat lalu, operasi teknologi modifikasi cuaca, memberikan hasil yang cukup signifikan, terutama di 4 provinsi itu," jelas Doni.
Pertumbuhan awan
Penanganan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sejumlah daerah di Indonesia membutuhkan sinergi dengan berbagai pihak termasuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
BMKG telah bersinergi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam hal mitigasi dampak kemarau panjang.
Satu di antaranya pelaksanaan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab mengatakan saat ini telah disiapkan 3 posko TMC yang berlokasi di Pekanbaru, Pontianak, dan Palangkaraya.
Baca: Ramon Y Tungka Harapkan Ekspresi Jujur Penonton Saat Saksikan Film Martabak Bangka
Terkait modifikasi cuaca, BMKG bertugas memberikan informasi terkait kondisi cuaca.
"BMKG aktif memberikan dukungan penyediaan informasi kondisi cuaca dan penugasan personil," ujar Fachri dalam keterangan tertulisnya, Jumat (20/9/2019).
Pemberian informasi terkait prediksi potensi pertumbuhan awan hujan yang nantinya akan ditindaklanjuti BBTMC BPPT dalam melakukan operasi TMC.
Prediksi tersebut berlaku hingga 22 September 2019.
Baca: Pertanyakan Keputusan Presiden, Haris Azhar: Kenapa UU KPK Enggak Dapat Masukan Masyarakat?
"Informasi rutin yang diberikan berupa prediksi potensi pertumbuhan awan hujan dan sebarannya yang berlaku hingga dua hari ke depan," kata Fachri.