Wakil Ketua Gerindra Sebut Partainya Incar Posisi Menteri Pertanian di Kabinet Baru, Ini Alasannya
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Umum (Waketum) Gerindra, Arief Poyuono secara terbuka menyatakan partainya mengincar tiga posisi menteri di Kabinet Jokowi-Maruf.
Salah satu posisi yakni Menteri Pertanian.
Di Kabinet Kerja jilid 2, Arief menyakini partainya bakal mendapatkan kursi menteri.
Arief justru heran apabila Gerindra tidak mendapatkan jatah posisi menteri.
Pasalnya, Gerindra bertujuan untuk membantu kerja Presiden pada periode 2019-2024 mendatang.
Hal itu disampaikan Arief saat menjadi narasumber acara Dua Sisi di tvOne, Kamis (17/10/2019).
Baca: Pengakuan Berbeda Arief Poyuono dan Dahnil Anzar-Sufmi Dasco soal Gerindra Minta Jatah Menteri
Baca: Sandiaga Ingin Oposisi, Partai Gerindra Pilih Koalisi
Dalam acara tersebut, hadir empat narasumber.
Mereka adalah Waketum Gerindra Arief Poyuono, Mantan Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 Fahri Fahmzah, Politisi Nasdem Irma Suryani Chaniago, dan pengamat politik Rocky Gerung.
Awalnya, pemandu acara, Tysa Novenny, mempertanyakan kebenaran tentang Gerindra yang merapat ke pemerintah.
"Apakah 99 persen Gerindra akan masuk ke pemerintahan Joko Widodo?" tanya Tysa.
Dengan tegas, Arief pun mengiyakan.
"Ya. Pasti akan bergabung ya," kata Arief.
Arief mengatakan, jalan Gerindra untuk masuk ke pemerintahan mendatang telah mulus dan terbuka.
Hal itu ditunjukkan melalui pertemuan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, dengan para pimpinan parpol koalisi.
Pertemuan tersebut bertujuan menyamakan frekuensi.
"Gerindra bila diperlukan akan membantu pemerintahannya Pak Joko Widodo. Dalam hal ini, Gerindra akan masuk dalam pemerintahan," ungkapnya.
Lantas, Tysa pun mengingatkan masa di mana Gerindra mengajukan tuntutan ke MK terhadap hasil Pilpres 2019.
Sikap Gerindra saat ini dibilang kontradiktif.
Arief pun menanggapinya.
"Gerindra selalu melihat persoalan politik mengedepankan persoalan bangsa. Itu yang paling utama, untuk kepentingan masyarakat," jawabnya.
Arief menjelaskan, Pileg dan Pilpres 2019 telah memecah masyarakat menjadi dua bagian.
Jika dibiarkan, kondisi tersebut berpotensi mengganggu kinerja pemerintahan.
"Kalau kita terus pelihara perpecahan ini, pemerintahan Jokowi-Maruf akan terganggu. Persatuan juga terganggu," tuturnya.
Oleh karena itu, lanjut Arief, Gerindra memutuskan untuk bersatu dengan pemerintah jika dibutuhkan.
"Kalau Gerindra diinginkan bersatu dengan pemerintahan Jokowi, kita akan masuk ke pemerintahannya," ucapnya.
"Tapi jika tidak dibutuhkan, ya jadi check and balance di DPR," lanjut Arief.
Di sesi selanjutnya, pembawa acara mempersilakan Rocky Gerung untuk berbicara.
Lantas, Rocky pun mengatakan bahwa sikap Gerindra inkonsisten.
Rocky menyebut, Gerindra yang dulu oposisi, sekarang masuk ke pemerintahan.
Filsuf itu mengibarakan kondisi tersebut layaknya sleeping with enemy, atau tidur bersama musuh dalam dua selimut.
Mendengar perkataan Rocky, Arief menyanggah.
Dia menyatakan, tidak ada istilah oposisi di Indonesia.
"Sebenarnya dalam konstitusi kita ini tidak mengenal namanya oposisi," sanggah Waketum Gerindra.
Arief melanjutkan, jika partai kalah dalam Pilpres, oposisi dipersilakan dengan syarat adanya deklarasi terbuka.
Ia menyebut Amerika Serikat sebagai contohnya.
Namun, dalam kacamatanya, selama ini tidak pernah ada parpol yang menyatakan diri sebagai oposisi.
Rocky turut berpendapat.
"Amerika juga enggak ada yang gitu (mendeklarasi). Itu culture politiknya aja," kata Rocky.
Jatah Menteri untuk Gerindra
Tysa menanyakan perkiraan jatah menteri yang didapat Gerindra dalam pemerintahan Jokowi-Maruf mendatang.
"Mudah-mudahan dapat tiga ya," jawab Arief.
"Udah fiks konfirm?" tanya pembawa acara.
"Yang sesuai aku minta ke Joko Widodo," tandas Arief.
Lantas, Tysa "menyenggol" posisi Menteri Pertahanan yang akhir-akhir ini diisukan diperoleh Gerindra.
Namun, Arief membantah mentah-mentah.
"Ya nggak lah. Ada lah. Rahasia," ucapnya.
Arief menegaskan, Gerindra mendapat jatah menteri, tetapi bukan Menteri Koordinator (Menko).
Pembawa acara pun menyebut tiga kursi yang diprediksi.
"Menteri pertanian, pertahanan, badan investasi?" tanya Tysa.
Arief menjawab, tebakan sang pembawa acara belum benar.
Tysa pun kembali mengejar.
"Belum bener? Ada yang bener nggak salah satunya?" tanyanya.
Arief mengiyakan.
Ia menyebut, satu yang benar adalah Menteri Pertanian.
"Menteri pertanian. Itu yang kita minta karena mau concern di industri pangan besar. Karena selama ini Indonesia banyak ekspor," jelasnya.
"Tapi juga kalau kita mau ketahanan pangan kan nggantung lagi, kerja di DPR-nya juga," imbuh Arief.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)