TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristyanto tidak mempermasalahkan jika Partai Nasdem keluar dari koalisi pengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan menjadi pihak oposisi.
"Setiap partai punya platform politik masing-masing, kita punya etika di dalam menjalankan posisi politik sebagai partai yang ada di dalam pemerintahan."
"Sikap kritis memang diperlukan karena demokrasi memang memerlukan kritik," ujar Hasto saat ditemui dalam acara perayaan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf periode 2019-2024 di bilangan Cikini, Jakarta, Senin (21/10/2019).
Hasto mengatakan, Paloh berkomitmen menghormati hak prerogatif presiden.
Mengenai sinyal Paloh bahwa Nasdem akan menjadi pihak oposisi, ia menyebut itu bagian dari dinamika politik.
Baca: Diminta Jadi Menteri, Wishnutama Mengaku Bersedia hingga Posisinya di Kabinet Jokowi Jilid II
Baca: Profil 7 Nama yang Nyatakan Siap Jadi Menteri Kabinet Jokowi Jilid II, Mahfud MD hingga Prabowo
"Tentu itu jadi dinamika. Demokrasi kan membuka ruang untuk seluruh partai koalisi berpendapat."
"Itu sehat dalam dinamika koalisi," kata Hasto.
Sebelumnya, Partai Nasdem memberikan sinyal siap menjadi oposisi pada pemerintahan kali ini.
Padahal, Partai Nasdem merupakan salah satu partai pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019.
Sinyal tersebut dilontarkan Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh selepas menghadiri pelantikan Jokowi-Ma'ruf di Gedung Kura-Kura, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2019).
Baca: Mahfud MD hingga Prabowo, Daftar Nama yang Tiba di Istana Jelang Pengumuman Kabinet Jokowi Jilid II
Baca: Nadiem Makarim Diminta Jadi Menteri Jokowi Jilid II, Dapat Penolakan dari Asosiasi Pengemudi Ojol
Menurut dia, bila semua partai politik mendukung pemerintah, Partai Nasdem siap menjadi oposisi.
"Kalau tidak ada yang oposisi, Nasdem saja yang jadi oposisi," kata Surya seperti dilansir Kompas TV, Senin (21/10).
Hari ini, Jokowi memanggil sejumlah kandidat calon menteri ke Istana Kepresidenan.
Hingga pukul 16.30, ada sebelas orang yang menyambangi Istana.