TRIBUNNEWS.COM - Prabowo Subianto sudah dapat masuk bahkan diundang ke Amerika Serikat sejak dilantik menjadi Menteri Pertahanan (Menhan), Minggu (20/10/2019).
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.
Sufmi Dasco mengatakan, sejak menjadi Menhan, Prabowo sudah mendapat undangan kunjungan kerja ke Amerika Serikat.
"Sejak jadi Menhan, ada beberapa dari negara-negara yang bersilaturahmi ke Pak Prabowo termasuk dari pihak Amerika Serikat," kata Sufmi Dasco, dikutip Tribunnews dari acara Kompas Petang yang tayang di kanal YouTube KOMPASTV pada Selasa (29/10/2019).
Tak hanya dari Amerika Serikat, Sufmi Dasco juga menyebutkan beberapa negara juga turut mengundang untuk kunjungan kerja.
Baca: Gagal Jadi Presiden, Prabowo Terima Jabatan Menteri Jokowi Demi Bangsa, Najwa Shihab: Saya Ragu
Baca: Santri Peramal Prabowo Jadi Menteri Dikabarkan Putus Sekolah, Ganjar Pranowo Siap Beri Beasiswa
"Kemudian dalam silaturahmi itu juga menyampaikan undangan-undangan untuk berkunjung," ujarnya.
Sufmi Dasco menambahkan, untuk waktu kunjungan belum dapat dipastikan.
Prabowo masih sibuk dalam menata sejumlah pekerjaan untuk Departemen Pertahanan.
"Namun karena kesibukan Pak Prabowo yang masih menata, mempelajari dan membuat rencana untuk Departemen Pertahanan, sehingga kunjungan ke luar negeri termasuk ke Amerika belum dijadwalkan," imbuhnya.
Dikutip dari laman Kompas.com, Mantan Calon Presiden periode 2019-2024 itu pernah ditolak permohonan visanya oleh Amerika Serikat.
Informasi ini ditulis oleh harian New York Times pada 2000.
Prabowo pernah tak diizinkan masuk Amerika Serikat saat hendak menghadiri wisuda putranya di Boston.
Pihak Amerika Serikat tidak pernah mengatakan alasan mengenai penolakan permohonan visa milik Prabowo.
Disinyalir, penolakan Prabowo karena masalah mengenai Hak Asasi Manusia (HAM).
Ia dituduh terlibat dan menjadi penghasut dalam kerusuhan 1998.
Kerusuhan yang mengakibatkan tewasnya ratusan orang saat Presiden Soeharto digulingkan dari jabatannya.
Hal ini disampaikan kepada Reuters pada 2012.
Namun, Prabowo membantah akan tuduhan tersebut.
Terpilihnya Ketua Umum Partai Gerindra menjadi Menhan mendapat sorotan tajam Internasional.
Satu di antaranya pengamat dari Amerika Serikat.
Baca: Prabowo Subianto Jadi Menteri Jokowi, Amien Rais Beri Reaksinya: Kalau Saya Bapaknya Prabowo
Baca: Prabowo Gabung ke Pemerintah, PKS Mengaku Sedih dan Tak Bahagia Bila Oposisi Sendirian
Dilansir dari TribunWow.com, pengamat bernama Brian Harding, Wakil Direktur Center for Strategic and International Studies, Washington, Amerika Serikat, mengaku kecewa dengan pilihan Jokowi.
Kasus HAM yang menyandung Prabowo menjadi alasan kekecewaannya.
Brian mengatakan, keputusan Jokowi melantik Prabowo dan pensiunan jenderal-jenderal militer sebagai Menteri bentuk kekhawatiran Jokowi akan keselamatannya.
Prabowo merupakan Perwira Tinggi Militer, pengusaha, dan seorang politikus.
Pria kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951 itu menempuh pendidikan dan menjalani karier militer selama 28 tahun.
Setelah meninggalkan militer, Prabowo beralih menjadi pengusaha.
Ayah Didit Hediprasetyo ini memiliki 27 perusahaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Pada 2004, Prabowo mulai masuk dalam dunia politik.
Ia mencoba mencalonkan diri sebagari presiden dari partai Golkar.
Namun di putaran akhir, Prabowo kalah suara dengan Wiranto.
Pada 2008 Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Tak gentar, pada 2014 Prabowo kembali mencalonkan diri dengan menggandeng Hatta Rajasa sebagai wakil presiden.
Namun, Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) unggul dalam jumlah suara dan memenangi Pilpres 2014-2019.
Prabowo kembali mencalonkan diri sebagai Presiden bersama Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
Lagi-lagi Prabowo harus menerima kekalahan dari pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin.
Akhirnya pada tanggal 20 Oktober 2019, Prabowo ditunjuk Jokowi sebagai Menhan periode 2019-2024.
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)