TRIBUNNEWS.COM - Pertemuan antara petinggi Partai Nasdem dan PKS dianggap tidak biasa.
Partai Nasdem adalah bagian dari koalisi pendukung pemerintah, sementara PKS adalah partai oposisi.
Ada apa di balik pertemuan Nasdem dan PKS?
Dilansir tayangan YouTube Metrotvnews Rabu (30/10/2019, Ketua Umum Partai Nasdem beserta jajaran DPP Partai Nasdem bertemu dengan pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di kantor DPP PKS Jakarta.
Hal yang menarik adalah posisi Nasdem sebagai anggota koalisi Jokowi Ma'ruf, sementara PKS yang memilih sebagai oposisi pemerintah.
Baca: Komentari NasDem Bertemu PKS, PDIP: Posisi Parpol Hanya Dua, Koalisi atau Oposisi
Surya Paloh selaku Ketua Umum Pastai Nasdem menegaskan akan tetap mengedepankan kepentingan nasional, bangsa di atas kepentingan institusi partai politik yang dipimpin.
"Kami berdua sepakat ingin memiliki keterikatan etik dan moralitas kedua institusi partai politik ini," ujar Surya Paloh.
"Baik itu kepentingan PKS maupun kepentingan Nasdem," tambahnya.
Presiden PKS Sohibul Iman menegaskan kembali bahwa pertemuan ini adalah dalam rangka ikhtiar sebagai sesama partai politik dalam membangun demokrasi Indonesia yang lebih baik dan sehat.
Baca: NasDem Mesra dengan PKS, PDIP Singgung soal Main Dua Kaki hingga Pengamat Sebut Sindir Gerindra
Di mana hari-hari ini orang dapat dengan mudah begitu posisi bebeda kemudian orang menuduh bahwa pasti itu bermusuhan.
"Di sini kami ingin menegaskan Bang Surya dalam pemerintahan, kami di luar pemerintahan, itu tidak menyebabkan kami bermusuhan," ujar Sohibul Iman.
Ada tiga hal penting yang disampaikan Sekjen PKS:
1. Kedua Parpol sepakat menghormati sikap politik masing-masing
Perbedaan sikap politik tidak menghalangi, bersama-sama menjaga demonstrasi dan memperkuat fungsi cek and balance di parlemen.
Baca: Kalah di Pilpres, NasDem Puji PKS yang Memilih Jadi Oposisi
2. Menjaga kedaulatan NKRI dengan mengamalkan pancasila dan UUD 1945 serta tidak memberi ruang pada intoleransi, radikalisme, dan juga terorisme.
3. Menyadari sosiologis dan historis bangsa yang merupakan upaya pada waktu itu untuk merebut kemerdekaan antara kelompok nasionalis dan kelompok islam.
Sehingga harus bisa menjaga warisan tersebut.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani)