Dibanding harus memanggil satu per satu ke Istana Negara, Chusnul ingin agar Jokowi lebih menonjolkan bahwa sosok yang ia pilih memang benar berkualitas.
"Sebetulnya yang penting di dalam rekrutmen politik, itu adalah siapa mereka, track record-nya apa," kata Chusnul.
Bertolak belakang dengan Chusnul, Haris menganggap tindakan Jokowi itu sebagai cara agar suasana tidak kaku.
"Anda sepakat kah bahwa ini enggak ada hubungannya dengan substansi?" tanya Rosi.
"Ya ini karena untuk menunjukkan suasana yang tidak formallah gitu, tidak kaku," jawab Haris.
Haris juga menyebut cara santai Jokowi itu bisa mengurangi ketegangan para menteri dan pejabat setara menteri yang ke Istana Negara.
"Saya pikir biasa-biasa saja, di satu pihak ya. Tapi suasana santai itu juga penting, supaya kita tidak tegang ya," kata Haris.
"Seolah-olah menunggu pengumuman kabinet itu kayak menunggu kiamat gitu," sambungnya sambil tertawa.
Haris menyebut memang Jokowi memiliki gaya tersendiri, bahkan untuk suatu hal yang sifatnya sudah rutin.
"Padahal ini kan sesuatu yang setiap lima tahun berulang," kata Haris.
"Bahwa gaya Pak Jokowi demikian ya itulah, beda dengan misalnya gaya Pak SBY, itu lain lagi," sambungnya.
Haris juga menegaskan akan pentingnya pencitraan saat berkiprah di dunia politik.
- Jokowi Minta Jabatan Eselon III dan IV Dihapus, Berdampak Positif atau Negatif? Ini Kata Pakar
- Menteri Diminta Tangkal Radikalisme, Rocky Gerung: Kehidupan Kabinet Ini Dimulai dengan Kecemasan
"Tapi penting enggak sih?" tanya Rosi.
"Ya dalam politik itu kan bagaimana pun selalu ada yang namanya pencitraan, itu penting juga, jangan salah," jawab Haris.
Haris menyebut cara Jokowi itu adalah suatu bentuk pencitraan yang positif.
"Pencitraan itu ada yang positif, ada yang negatif, tergantung kita memandangnya," kata Haris.
"Kita bisa melihatnya sesuai yang positif kalau tujuannya supaya kita tidak tegang, tidak kaku, tidak formal," tuturnya disambut tepuk tangan penonton.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/Ifa Nabila)