Apa yang mendasari niat dasar Anda mencalonkan sebagai Calon Wali Kota Tangsel?
Sebetulnya ini kelanjutan proses pengabdian saya saja. Karena saya kan selama 18 tahun telah menjadi PNS di Kementerian Agama di birokrasi.
Saya ingin nuansa yang berbeda untuk mengabdi. Ada banyak dorongan bagaimana menjadi bagian dari semangat perubahan yang dimunculkan oleh masyarkat Tangsel.
Masyarakat Tangsel kan mau melakukan sebuah perubahan. Menurut saya itu satu hal yang menarik buat saya. Menjadi sisi lain saya mengabdi yabg lebih dekat denga masyarakat.
Kalau sebelumnya kan saya di skup yang lebih nasional, di kementerian agama.
Baca: Panglima TNI: Papua Rawan Isu SARA dan Politik Uang saat Pilkada Serentak
Dorongan dari banyak pihak untuk mengabdi dalam nuansa yang berbeda. Yang lebih dekat dengan masyarakat dan ingin menjadi bagian dari perubahan yang diharapkan masyarakat Tangsel.
Keyakinan Anda untuk maju sebagai Calon Wali Kota Tangsel ini?
Karena saya ini putri Banten. Saya orang Banten asli. Abah dan ibu almarhumah, orang Banten. Kemudian saya sekarang juga tinggal di kota Tangsel, Bintaro sektor 9.
Jadi saya orang Banten dan orang Tangsel, KTP juga. Ini semakin memperkuat saya untuk ikut serta sebagai putri daerah, membangun perubahan ini.
Tangsel menurut Anda saat ini seperti apa?
Ini momentum dimana masyarakat ingin melakukan sebuah perubahan. Yang mereka melihat Pilkada ini menjadi bagian terpenting dari sebuah proses demokrasi untuk menyerap aspirasi.
Saya melihatnya, mereka mau nuansa yang baru. Dan saya ingin menjadi proses perubahan itu.
Di Tangsel sendiri menurut Anda masalah apa yang paling krusial untuk dibenahi?
Tangsel ini kota yang masih baru tapi cepat sekali pembangunannya. Saya melihatnya kota Tangsel ini kota yang maju.