Dirinya pun menargetkan Ahok bersama Wamen BUMN mampu mengurangi impor migas.
"Apalagi didampingi Pak Wamen juga, saya rasa bagian terpenting adalah bagaimana target-target pertamina, bagaimana mengurangi impor migas harus tercapai.
Bukan berarti anti import tapi mengurangi," ungkap Erick.
Menteri BUMN menyampaikan, proses-proses pembangunan refinery merupakan hal yang sangat berat.
Oleh karena itu, Erick menuturkan, dirinya membutuhkan teamwork yang besar.
"Proses-proses dari pembangunan refinery ini sangat amat berat, jadi saya butuh teamwork yg besar.
Tidak hanya Dirut saja, semuanya harus bagi tugas," ujarnya.
Karena alasan tersebut, Erick merasa membutuhkan figur pendobrak dari seorang Ahok.
Namun dirinya menegaskan bahwa pendobrak tak berarti marah-marah.
"Karena itulah kemarin kita ingin orang yang pendobrak.
Pendobrak bukan marah-marah.
Saya rasa, Pak Ahok berbeda," jelas Erick.
Ahok Mengaku Siap Menjabat
Saat ditanya soal kesiapannya memimpin PT Pertamina (Persero), Ahok mengaku dirinya siap.
"Kalau ditunjuk, diminta tugas, ya harus siap," tutur Ahok seperti yang diberitakan Kompas TV, Rabu (20/11/2019).
Sebelumnya, saat Ahok baru diisukan akan diangkat sebagai petinggi PT Pertamina (Persero), telah terjadi penolakan dari serikat pekerja.
Dilansir dari Tribunnews.com, Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) memasang spanduk penolakan.
Mereka lantang menyatakan menolak Ahok untuk mengisi jabatan di PT Pertamina (Persero).
Mengetahui adanya penolakan dari serikat pekerja terkait penunjukan dirinya untuk mengisi jabatan tinggi di PT Pertamina, Ahok mengaku tak mempersoalkannya.
Ahok menanggapi penolakan terhadap dirinya dengan santai.
Ia menganggap penolakan tersebut adalah hal yang biasa.
"Hidup ini tidak ada yg bisa setuju 100 persen ya, Tuhan saja ada yang nentang kok," kata Ahok.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta/Maliana) (Kompas.com/Kontributor Padang, Perdana Putra)