DPD I dan DPD II, dan apa yang menjadi pilihan DPD harus kita hormati sebagaimana pada waktu saya berkontestasi dengan Pak Jusuf Kalla, saya sudah punya keinginan besar kalau saya terpilih akan memperkuat Partai Golkar, terutama dalam perspektif demokrasi, kaderisasi, ada gagasan-gagasan ke depan.
Tapi nyatanya Pak JK yang menang ya kita harus terima. Dan harapan saya pada waktu itu, Pak JK sebagai wakil presiden, bisa menaikan suara Golkar tapi nyatanya tidak. Kesimpulannya untuk ngurus politik tidak bisa setengah-setengah, harus All Out.
Baca: Catatan Akbar Tanjung Jelang Munas Golkar, Soliditas Anggota Hingga Penguatan Struktur Partai
Saya bisa dikatakan pada waktu itu all out karena saya keliling seluruh Indonesia. Setiap Minggu saya turun ke daerah-daerah dan saya menghadapi tekanan-tekanan dari publik yang tidak suka kepada Golkar, tidak suka kepada Orde Baru. Tidak suka kepada Pak Harto, dwifungsi ABRI, yang muaranya ditumpahkan ke Golkar.
Bahkan tidak saja ditumpahkan, temanya bubarkan Golkar pada waktu itu. Dan sempat juga, terjadi pembakaran-pembakaran kantor-kantor Golkar di beberapa tempat. Di Jawa Timur, pernah seluruh kabupaten kantor-kantor Golkar dibakar.
Baca: Akbar Tanjung: Publik Pasti Tolak Pemilihan Presiden Lewat MPR
Di Bali juga demikian. Di Solo juga demikian, di Ibu Kota juga demikian, tapi kami tetap menghadapi itu, dengan satu keyakinan bahwa Golkar tagline-nya tidak lain untuk memperkuat, mempertahankan Pancasila sebagai dasar ideologi negara kita.
Pilar-pilar kebangsaan yang kita sebut pada hari ini empat pilar, itu sejatinya sudah jadi platform dari Golkar sejak awal. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, itu adalah platform Golkar. Sejak Golkar dilahirkan padap Oktober 1964.
Baca: Agun Gunandjar Khawatir Golkar Kembali Pecah Setelah Munas
Jadi oleh karena itu, tentu kedepan kami akan memperlihatkan kepada publik bahwa Golkar akan memperjuangkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan basis empat pilar demokrasi.