News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Banjir di Jakarta

Sempat Beda Pendapat dengan Anies Soal Banjir, Basuki Hadimuljono: Sungai Tetap Butuh Dilebarkan

Penulis: Inza Maliana
Editor: Ayu Miftakhul Husna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono berselisih pendapat soal penanganan banjir di Jakarta.

TRIBUNNEWS.COM - Banjir di Ibukota masih menjadi sorotan terkait peristiwa banjir.

Gubernur DKI Anies Baswedan juga menjadi sorotan karena beberapa pernyataannya soal pengendalian banjir.

Bahkan, ia sempat berbeda pendapat dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono.

Hal itu diungkapkan saat mereka sedang bersama dalam konferensi pers di Kawasan Monas, rabu (2/1/2020).

Dikunjungi di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2020), Basuki menanggapi silang pendapat tersebut.

Menurutnya, metode penanganan banjir normalisasi atau naturalisasi hanya sebuah istilah.

Hal pokok menurut Basuki adalah sungai harus tetap dilebarkan.

Alasannya, supaya volume air yang dikirim dari hulu tidak tumpah melebihi batas tanggul sungai.

"Mau naturalisasi mau normalisasi sama semua. Sungai tetap butuh dilebarkan (supaya tidak banjir lagi)," kata Basuki.

Memang, satu di antara pemicu banjir di Jakarta adalah karena cuaca yang ekstrem.

Banjir diakibatkan debit air yang terlalu tinggi apalagi saat musim hujan.

“Pelebaran sungai supaya penampung air lebih banyak," papar Basuki.

Sementara itu, Basuki meanggapi 'debat' terkait metode pengelolaan sungai oleh Anies Baswedan.

Namun, ia mengaku tidak dididik untuk berdebat.

"Saya tidak mau debat. Saya tidak dididik untuk debat," ucap Basuki lagi.

Beda Pendapat Anies dan Basuki

Sebelumnya diketahui, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyusuri Sungai Ciliwung bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Dalam peyusuran tersebut Basuki menemukan pemukiman warga sudah tidak lagi di bantaran sungai tetapi sudah menutupi bagian palung di Sungai Ciliwung.

"Lebarnya kali ciliwung sekarang sudah sempit, harus dilebarkan lagi jadi itu, kalau ibu bapak lihat, sekarang, rumah bukan di bantaran, tetapi di palung sungainya," ujar Basuki, yang dikutip Youtube Kompas TV, Jumat (3/1/2020).

Basuki menambahkan, satu di antara cara untuk bisa menghentikan banjir adalah merevitalisasi Sungai Ciliwung.

"Ini bukan hal yang mudah, ini keahliannya beliau (Anies Baswedan) untuk bisa persuasif dengan masyarakat," tutur Basuki.

Basuki juga menuturkan target menormalisasi Sungai 33 kilometer, hanya terealisasi 16 kilometer dalam temuannya menelusuri Ciliwung.

Untuk itu menurut Basuki, bagian sungai yang belum dinormalisasikan itulah yang meluapkan banjir.

Lanjutnya ia mengakui dalam merevitalisasi Sungai Ciliwing tidak mudah, harus berhadapan dengan masyarakat.

Namun Basuki menyebut akan tetap mendukung program Anies Baswedan untuk tetap menormalisasi Sungai Ciliwung.

"Kami tetap mendukung program beliau untuk bisa menangani, tanpa itu (revitalisasi sungai) pasti akan menghadapi hal yang berulang," ujar Basuki.

Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta pun membantah tanggapan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono.

Menurutnya apapun yang dikerjakan di daerah pesisir tidak akan bisa mengendalikan air kalau tidak ada pengendalian dari selatan.

"Mohon maaf Pak Menteri, saya harus berpandangan, karena tadi Bapak menyampaikan, selama air dibiarkan dari kawasan selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian dari selatan,"

"Maka apapun yang kita kerjakan di kawasan pesisir termasuk di Jakarta tidak akan bisa mengendalikan airnya," tutur Anies yang masih melansir dari Youtube Kompas TV.

Anies Dinilai Belum Optimal Menangani Banjir

Komisioner Bidang Penelitian dan Dokumentasi Komisi Informasi Publik (KIP) Romanus Ndau memberi pendapat soal banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek.

Menurutnya setiap warga DKI Jakarta tahu bahwa satu yang menjadi masalah krusial hingga saat ini adalah banjir.

Dia juga mengatakan bahwa banjir sudah terjadi berulang kali dengan jumlah korban dan kerugian yang begitu besar.

Menurut Romanus, harapan masyarakat sejatinya bertambah besar ketika kepemimpinan sebelumnya, yakni Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.

Hal itu karena BTP bisa membuktikan bahwa banjir itu bukan sesuatu yang tak bisa dihindari, tapi bisa dicegah.

Maka itu, lanjut Romanus, warga DKI hari ini juga berharap pemimpin yang menggantikan BTP atau Ahok bisa melanjutkan inovasi maupun strategi yang dipakai untuk antisipasi banjir.

"Apapun kondisinya, sambil kita berempati kepada gubernur DKI, sebagai pemimpin dia (Anies Baswedan) harus low profile untuk mengakui bahwa apa yang dikerjakannya saat ini belum optimal, bahwa harapan rakyat itu kandas," kata Romanus ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (3/1/2020) siang.

(Tribunnews.com/Maliana/Reynas Abdila/Lusius Genik)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini